Jejak Sukarno di Masjid Biru St. Petersburg

8 Maret 2022 14:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev mengucapkan selamat tinggal kepada Presiden Sukarno setelah ia berkunjung ke markas Khrushchev di gedung delegasi Uni Soviet di 680 Park Avenue di New York, 6 Oktober 1960. Foto: Harvey Lippman/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev mengucapkan selamat tinggal kepada Presiden Sukarno setelah ia berkunjung ke markas Khrushchev di gedung delegasi Uni Soviet di 680 Park Avenue di New York, 6 Oktober 1960. Foto: Harvey Lippman/AP Photo
ADVERTISEMENT
Hubungan Indonesia dengan Rusia (Kala itu Uni Soviet) sangatlah dekat pada era 1950-an hingga 1960-an. Pimpinan kedua negara saat itu, Sukarno dan Nikita Khrushchev terkenal memiliki hubungan yang kental dan mesra. Sukarno telah mengunjungi Uni Soviet sebanyak empat kali, yakni pada 1956, 1959, 1961, dan 1964.
ADVERTISEMENT
Hubungan erat yang terjalin dengan Jakarta-Moskow tersebut banyak menghasilkan kenangan serta peristiwa yang bersejarah. Salah satu ‘simbol’ yang mencerminkan hubungan manis itu ialah sebuah masjid di kota Saint Petersburg (kala itu Leningrad) yang disebut Masjid Biru.
State Hermitage Museum di Saint Petersburg, Rusia. Foto: Anton Vaganov/REUTERS
Hal ini bermula saat kunjungan pertama Presiden Soekarno ke Uni Soviet pada 1956. Dilansir dari Russia Beyond The Headline, Sukarno sempat mampir ke kota Saint Petersburg dalam kunjungan kenegaraannya itu.
Sebuah kota indah yang banyak berdiri istana-istana terkenal, seperti Istana Petergof dan Istana Hermitage. Ketika sedang melintasi jembatan Troitskiy, Soekarno melihat dari kejauhan ada sebuah bangunan yang berbentuk masjid.
Blue Mosque di St. Petersburg, Rusia. Foto: Stanislav Samoylik/Shutterstock
Digambarkan kala itu bangunan tersebut memiliki kubah biru dengan arsitektur Asia Tengah serta dua menara kembar yang menjulang tinggi.
ADVERTISEMENT
Sukarno saat itu yakin bahwa bangunan tersebut adalah sebuah masjid. Namun setelah Sukarno serta rombongan tiba di situ, ternyata gedung itu beralih fungsi menjadi gudang yang tidak terurus.
Dikisahkan dalam buku Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia (2010) karya Toni Lebang, di bawah pemerintahan Uni Soviet, seluruh masjid dan gereja di seluruh negeri dijadikan gudang, salah satunya Masjid Biru tersebut.
Presiden ke-1 RI Soekarno. Foto: AFP
Sukarno lalu ke Moskow dan bertemu dengan Khurshchev. Presiden Republik Indonesia pertama itu menyatakan tidak senang ketika tadi melihat masjid yang tidak terurus.
Akhirnya, dia meminta kepada pemimpin Soviet itu untuk menyerahkan masjid tersebut kembali ke umat Islam di Saint Petersburg.
Peristiwa ini juga diceritakan oleh Duta Besar Indonesia untuk Rusia Mohamad Wahid Supriyadi lewat tulisannya di situs resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
ADVERTISEMENT
Supriyadi bertemu dengan Mufti Masjid Biru, Ravil Pancheev saat kunjungan resmi ke Saint Petersburg pada 20 Februari 2020. Pancheev juga menunjukkan beberapa foto kepada Supriyadi saat Sukarno berkunjung ke kota itu dan bertemu dengan beberapa tokoh muslim di Masjid Biru.
Duta Besar RI untuk Rusia Mohamad Wahid Supriyadi. Foto: Suwandy/ANTARA
Supriyadi juga menceritakan bahwa terdapat sebuah lukisan surah AL Fatihah di dalam masjid tersebut. Lukisan itu merupakan sumbangan dari Presiden Megawati Soekarnoputri Ketika berkunjung ke sana pada 2003.
Hingga kini, Masjid Biru masih beridiri tegak dengan megah. Lingkungannya pun juga tak berubah, bersebrangan dengan benteng Patropavlovskaya, dan berhadapan dengan taman Gorkorvskaya yang terbentang luas.
Masjid Biru juga banyak dikunjungi wisatawan dari luar negeri, termasuk turis dari Indonesia. Masjid ini juga disebut sebagai salah satu masjid dengan arsitektur terindah di dunia. Bahkan, masjid itu sekarang dikenal dengan sebutan Masjid Sukarno.
Blue Mosque di St. Petersburg, Rusia. Foto: Anna Pakutina/Shutterstock