Jelang Kedatangan Paus: Melihat Peran Vatikan pada Kemerdekaan Indonesia

23 Agustus 2024 11:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus menghadiri Misa Krisma di Basilika Santo Petrus di Vatikan, Kamis (28/3/2024). Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus menghadiri Misa Krisma di Basilika Santo Petrus di Vatikan, Kamis (28/3/2024). Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia tinggal menghitung hari dalam menyambut kunjungan Paus Fransiskus. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik ini akan mendarat Jakarta pada 3 September 2024.
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia, setelah Paus Paulus VI pada 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989. Hubungan resmi Indonesia dan Vatikan pun sudah berjalan hampir seusia dengan RI, yaitu 77 tahun.
Bahkan bisa dibilang hubungan Indonesia-Vatikan sudah terjalin sebelum Indonesia Merdeka. Di antara negara-negara Eropa, Takhta Suci Vatikan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.

Peran Vatikan dalam Kemerdekaan Indonesia

Pengibaran bendera usai Proklamasi dibacakan. Foto: ANRI
Mengacu pada buku "Sejarah Indonesia Modern" (2005) Vatikan adalah negara Eropa pertama yang memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Sebagai negara yang menjadi pusat Katolik dunia, Takhta Suci Vatikan menandai pengakuan tersebut dengan pembukaan misi diplomatik Vatikan di Jakarta pada tahun 1947. Walaupun, misi yang dikirimkan masih berada di tingkat Apostolic Delegate --misi diplomatik setara dengan Kedutaan Besar tetapi tanpa konsulat dan tanpa kewenangan mengeluarkan visa.
ADVERTISEMENT
Keputusan Vatikan dalam membangun hubungan diplomasi ini tak terlepas dari peran uskup agung pribumi pertama Indonesia, Mgr Albertus Soegijapranata SJ (Romo Sugiyapranata).
Melalui sepucuk surat yang dikirimkan ke Vatikan, Romo Sugiyapranata menguraikan kekejaman tentara Belanda di Indonesia. Selain itu, Ia juga menjelaskan usaha diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam berhadapan dengan Belanda. Serta pandangan masa depan Indonesia usai merdeka.
Surat tersebut berbuah baik. Vatikan melalui Kardinal Fumasoni Biondi menjawab surat tersebut. Maka, Paus Pius XII, mengangkat Mgr de Joghe d'Ardoye sebagai perwakilan Takhta Suci Vatikan pertama di Indonesia.
Menindaklanjuti misi tersebut, hubungan Diplomatik secara resmi (tingkat duta besar) terjadi pada tahun 25 Mei 1950.

Perkembangan Hubungan Bilateral

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Vatikan terus berkembang. Pasca-kemerdekaan, Presiden Sukarno tercatat pernah 4 kali mengunjungi negara kecil yang berada di dalam ibu kota Italia Roma. Tak hanya, berkunjung Sukarno turut mendapatkan tiga medali dari dua Paus yang berbeda. Mengutip dari Sesawi.net, portal berita katolik, pada kunjungan pertama Sukarno Ia menerima anugerah “Grand Cross of the Pian Order” dari Paus Pius XII.
ADVERTISEMENT
Pada kunjungan yang kedua di 1959, sang proklamator turut memperoleh medali medali dari Paus Yohanes XXIII. Medali juga kembali diperoleh saat Sukarno berkunjung ke Takhta Suci Vatikan pada 1964 saat bertemu Paus Paulus VI. Bahkan, di kunjungan ketiga Bung Karno bahkan dibuatkan perangko khusus oleh Vatikan.
Kunjungan ke Vatikan dilanjutkan oleh presiden-presiden selanjutnya. Pada tahun 1970 dan 1989, Presiden Suharto telah menerima dua kunjungan Paus. Ia juga pernah berkunjung ke Vatikan pada November 1972.
Gus Dur ditemani istrinya, Hj. Shinta bertemu Paus Yohanes Paulus II. Foto: Dok. nu.or.id
Tahun 2000, Presiden ke-3 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga menyambangi Vatikan. Kunjungan Gus Dur sebagai wajah NU menjadi simbol upaya mewujudkan perdamaian dunia. Hal tersebut terbukti dengan kunjungan perwakilan PBNU dan GP Ansor bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Disusul oleh suksesornya, Presiden ke-5 Megawati, turut melawat ke Vatikan pada 2002. Saat itu Ia disambut oleh Paus Yohanes Paulus II. Walaupun sudah tidak menjabat menjadi presiden, Ketum PDIP Megawati kembali Sukarnoputri bertemu dengan Paus Fransiskus di Istana Apostolik, Vatikan pada 2023.
Presiden ke-5 RI yang juga Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri usai bertemu dengan Paus Fransiskus di Istana Apostolik, Vatikan, pada Senin (18/12/2023). Foto: PDIP
Dalam pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 15 menit itu, Megawati dan Paus Fransiskus membahas sejumlah hal yang menjadi perhatian dunia. Di antaranya, soal kerukunan antar umat beragama dan ancaman perubahan iklim yang membahayakan alam dan manusia.
“Ketika saya bertemu dengan rombongan, memang beliau (Paus Fransiskus) meminta untuk supaya apa yang terjadi di Indonesia dalam kehidupan kerukunan beragama agar diteruskan,” kata Megawati usai pertemuan dengan Paus Fransiskus.
ADVERTISEMENT