Jelang Muktamar, PKB Gelar Wayang Pandawa Boyong di DPR, Apa Maknanya?

19 Agustus 2024 9:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua DPP PKB Cucun Ahmad Syamsul Rizal (tengah) di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Minggu (18/2/2024). Foto: Haya Syahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPP PKB Cucun Ahmad Syamsul Rizal (tengah) di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Minggu (18/2/2024). Foto: Haya Syahira/kumparan
ADVERTISEMENT
Jelang Muktamar di Bali, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar pentas wayang lakon Pandawa Boyong di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (19/8).
ADVERTISEMENT
Lakon wayang semalam suntuk ini akan dibawakan oleh kakak beradik dalang Ki Anom Dwijokangko dan Ki Cahyo Kuntadi.
Pemilihan lakon Pandawa Boyong sengaja dipilih karena menurut Ketua Fraksi PKB DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, saat ini banyak Kurawa di dalam dunia kehidupan nyata yang melakukan segala cara untuk mengambil yang bukan haknya.
"Amarah, kecewa, sedih, menjadi satu kesatuan. Mereka mau menguasai sesuatu yang bukan menjadi haknya," kata Cucun dalam keterangan tertulis, Senin (19/8).
Adapun lakon Pandawa Boyong berlatar setelah perang Baratayudha, perang dahsyat antara Pandawa dan musuh bebuyutannya, Kurawa.
Usai kekalahan Kurawa, kakak beradik Pandawa dan seluruh anggota keluarganya diboyong atau pindah dari negara Wirata ke negara Astinapura.
Saudara tertua Pandawa, Yudhistira, pun kemudian dinobatkan sebagai raja di negara Astinapura.
ADVERTISEMENT
Tentu penobatan ini sempat menuai protes dan berujung pemberontakan. Walaupun pada akhirnya pembelot ini dikalahkan oleh adik-adik Yudhistira, Bima dan Arjuna.
Lebih lanjut mengenai pagelaran wayang ini, Cucun melihat bahwa Pandawa adalah representasi wong cilik dalam kehidupan kini.
“Di dalam wayang ini kita diajarkan suatu nilai-nilai kehidupan, suatu pertarungan antara yang baik dan yang buruk, antara satria Pandawa sebagai representasi dari wong cilik tetapi bijaksana berhadapan dengan Kurawa," katanya.
Lakon ini katanya juga menanamkan norma-norma dalam memimpin. Sosok Pandawa. sosok yang mendidik, mengayomi, membimbing, dan penyayang.
"Tak boleh ada dendam yang ditanamkan, kadang-kadang seperti itu, muncul suatu spiritnya. Muncul ego, ego membela suaminya, ego membela adiknya, itu juga ada di dalam cerita pewayangan tentang kisah ini," ujar dia.
ADVERTISEMENT