Jelang Sidang Perdana, Presiden Peru Ditahan Selama Tujuh Hari

9 Desember 2022 9:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Peru, Pedro Castillo. Foto: Carlos MAMANI/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Peru, Pedro Castillo. Foto: Carlos MAMANI/AFP
ADVERTISEMENT
Mantan Presiden Peru, Pedro Castillo, menghadapi sidang pengadilan pertamanya pada Kamis (8/12) waktu setempat. Castillo dimakzulkan lalu ditangkap sehari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Penangkapan Castillo dilakukan atas tuduhan pemberontakan dan konspirasi. Secara bersamaan, dia turut menghadapi tuduhan berbeda terkait tindak korupsi.
Pihak berwenang telah memerintahkan penahanan selama tujuh hari bagi Castillo. Sebab, penyelidikan terhadap tudingan bahwa dia merencanakan pemberontakan masih berlanjut.
Pengacara Castillo, Victor Perez, menolak tuduhan itu. Pasalnya, tindakan semacam ini menyiratkan penggunaan senjata dan kekerasan. Perez menyebut penahanan kliennya sebagai 'ilegal' dan 'sewenang-wenang'.
Presiden Peru, Pedro Castillo. Foto: Janine Costa/AFP
Pengadilan konstitusional menolak klaim tentang penahanan sewenang-wenang. Mereka memastikan polisi mengambil tindakan yang benar dengan menangkap Castillo.
Castillo menghadiri sidang melalui panggilan video dari pusat pemasyarakatan tempat dia ditahan di Lima. Ketika ditanya apakah dia akan berbicara kepada pengadilan, Castillo menolak.
Castillo meminta suaka di Meksiko. Kedua negara tengah berkonsultasi mengenai permintaan tersebut. Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, yang sesama tokoh sayap kiri mengindikasikan kesanggupannya untuk memberikan suaka.
ADVERTISEMENT
Lengsernya mantan guru tersebut dari kekuasaan berlangsung dramatis pada Rabu (7/12). Castillo sempat berusaha membubarkan Kongres demi menghindari pemungutan suara pemakzulan ketiganya.
Tetapi, Kongres segera mencopot Castillo. Rencananya untuk membubarkan Kongres pun dianggap sebagai upaya kudeta.
Polisi bentrok dengan demonstran di dekat Prefektur Lima tempat Presiden Pedro Castillo dilaporkan menginap, setelah Kongres menyetujui pencopotan Castillo di Lima, Peru, Rabu (7/12/2022). Foto: Alessandro Cinque/Reuters
Masa jabatan 17 bulan Castillo ditandai enam penyelidikan, lima perombakan kabinet, dan protes besar di Peru. Berbagai skandal korupsi turut menghantam Castillo.
Pria berusia 53 tahun itu menggambarkan tuduhan tersebut sebagai upaya bermotif politik anggota sayap kanan Kongres. Oposisi yang menggerogoti pemerintahan Castillo mengendalikan Kongres.
Castillo adalah aktivis serikat pekerja yang meraih kemenangan tipis pada 2021. Dia mendapatkan dukungan masif dari pemilik suara di pedesaan dan penduduk asli yang miskin. Banyak orang lantas memprotes penangkapan Castillo pada Kamis (8/12).
ADVERTISEMENT
"Pertarungan telah dimulai! Bebaskan Castillo!" tulis salah satu plakat demonstran di Lima, dikutip dari Reuters, Jumat (9/12).
Selama satu dekade terakhir, Peru menyandang gelar sebagai ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Latin. Namun, produsen tembaga terbesar kedua di dunia ini sekarang mendapati tanda-tanda pertumbuhan ekonomi melambat.
Polisi bentrok dengan demonstran di dekat Prefektur Lima tempat Presiden Pedro Castillo dilaporkan menginap, setelah Kongres menyetujui pencopotan Castillo di Lima, Peru, Rabu (7/12/2022). Foto: Alessandro Cinque/Reuters
Negara tersebut menyaksikan ketidakstabilan politik yang hebat. Peru telah memiliki lima presiden dalam lima tahun tanpa satu pun dari mereka berhasil menyelesaikan masa jabatannya.
Kursi kepresidenan kini ditempati wakil presiden Castillo, Dina Boluarte. Dia menjadi perempuan pertama yang memimpin negara berpenduduk sekitar 33 juta jiwa tersebut.
Boluarte tidak banyak bicara sejauh ini. Tetapi, dia diperkirakan akan mulai menunjuk kabinet baru dalam beberapa hari ke depan. Ada ekspektasi tinggi bahwa dia akan membentuk pemerintahan persatuan. Boluarte lalu menyinggung pemilu dini.
ADVERTISEMENT
Pemilu dapat membantu perempuan berusia 60 tahun itu meredakan amarah publik Peru atas pemecatan dan penahanan Castillo.
"Boluarte bukan presiden kita! Biarkan rakyat yang memilihnya, maka saya akan mengakuinya," teriak seorang pengunjuk rasa, Sonia Castaneda.