Jemaah Haji Wafat, Sakit, dan Risiko Tinggi, Bagaimana Wukufnya?

17 Juni 2023 23:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jemaah lansia kloter SOC 20 mengikuti senam di Hotel Bilal Sektor 10, Mekah, Arab Saudi, Sabtu (17/6/2023).  Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah lansia kloter SOC 20 mengikuti senam di Hotel Bilal Sektor 10, Mekah, Arab Saudi, Sabtu (17/6/2023). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pelaksanaan puncak ibadah haji semakin dekat. Salah satu hal yang tengah menjadi pembahasan, yakni jemaah lansia, sakit, dan berisiko tinggi.
ADVERTISEMENT
Melihat kondisi cuaca yang begitu panas dan kondisi fisik jemaah, PPIH Arab Saudi tengah memikirkan betul bagaimana penanganan mereka saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) ini.
Kabid Bimbad dan Pengawasan KBIHU, Suratman, mengatakan untuk jemaah haji yang wafat sudah pasti akan dibadalhajikan. Kemenag akan memfasilitasi badal haji jemaah yang meninggal dan gratis.
"Bagi jemaah yang wafat akan dibadalhajikan," kata Suratman di Makkah, Sabtu (17/6).
Namun, untuk jemaah yang sakit, lansia, dan berisiko tinggi yang justru harus diperhatikan dengan matang. Pilihannya, bisa saja jemaah menjalani safari wukuf atau juga dibadalhajikan karena alasan kesehatan dan keselamatan jemaah.
"Kami akan sweeping ke berbagai rumah sakit untuk memastikan tentang kondisi jemaah di rumah sakit. Kalau dalam kondisi masih bisa dibawa ke arafah mereka akan disafariwukufkan oleh Rumah Sakit Arab Saudi," jelas Suratman.
ADVERTISEMENT
"Bagi mereka yang tidak bisa dibawa ke arafah karena berbagai alasan, bisa membahayakan dirinya misalnya, maka akan dibadalhajikan oleh kita," tambahnya.
Seorang petugas kesehatan kloter mengecek tensi jemaah lansia kloter SOC 20 usai mengikuti senam di Hotel Bilal Sektor 10, Mekah, Arab Saudi, Sabtu (17/6/2023). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
Kemenag masih terus mendata siapa saja jemaah haji yang akan menjalani safari wukuf, mana yang terpaksa dibadalhajikan. Itu baru akan ditentukan beberapa hari sebelum puncak haji.
Sementara, bagi yang masih sehat tapi masuk kategori lansia dan berisiko tinggi, ada sejumlah skema yang tengah disiapkan. Misalnya, tidak menurunkan jemaah dari bus ketika berada di Muzdalifah.
Jadi jemaah ketika tiba di Muzdalifah, tetap berdiam diri di bus, tidak turun dari bus mengambil batu untuk lempar jumrah. Batu-batu nanti sudah disiapkan oleh panitia dan diserahkan kepada jemaah di bus.
"Dari arafah ke muzdalifah sedang diupayakan diberangkatkan sendiri dengan pendampingnya (tidak digabung dengan jemaah lain). Dari Arafah langsung menuju ke Mina melalui Muzdalifah ini masih dibicarakan tapi masih dibicarakan dengan pemerintah Arab Saudi dalam hal ini muasassah," ucap dia.
Jemaah lansia kloter SOC 20 mengikuti senam di Hotel Bilal Sektor 10, Mekah, Arab Saudi, Sabtu (17/6/2023). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
Dalam pelaksanaan puncak haji, jemaah haji sudah mulai bergerak dari Makkah ke Arafah pada 8 Zulhijah. Keberangkatan akan dibagi menjadi tiga: pagi, siang, sore.
ADVERTISEMENT
Setiba di Arafah, jemaah menginap semalam pagi harinya, jemaah mempersiapkan diri untuk menjalani wukuf. Wukuf dimulai sejak Zuhur.
Setelah selesai, jemaah haji mulai berpindah dari Arafah menuju Muzdalifah menggunakan bus setelah Magrib. Sampai di sana, jemaah akan turun untuk mengumpulkan batu yang akan dipakai untuk melontar jumrah.
Sekitar pukul 23.00 WAS, jemaah haji mulai bergerak dari Muzdalifah menuju ke Mina. Di Mina mulai tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah melaksanakan lempar jumrah.
Setelah itu bisa melakukan tawaf ifadah, sai, dan tahalul. Dengan begitu, selesailah proses puncak haji.