Jemaah Lansia-Risiko Tinggi Jangan Paksakan Diri, Diimbau Badal Lontar Jumrah

17 Juni 2024 20:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suhu panas di lokasi lontar jumrah, Mina. Senin (17/6/2024). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suhu panas di lokasi lontar jumrah, Mina. Senin (17/6/2024). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
ADVERTISEMENT
Jemaah haji Indonesia hari ini tengah memasuki hari kedua mabit (bermalam) di Mina. Secara bergelombang jemaah akan melakukan lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah.
ADVERTISEMENT
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengimbau jemaah haji yang dalam kondisi tidak memungkinkan melakukan perjalanan ke jamarat untuk tidak memaksakan diri. Lontar jumrah bisa dibadalkan atau diwakilkan.
“Jemaah haji dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia, disabilitas, serta jemaah yang sedang kurang sehat dan mengalami kelelahan diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar tenda Mina,” kata Kepala Daerah Kerja Makkah yang juga Ketua Satuan Tugas Mina, Khalilurrahman, di Mina, Senin (17/6/2024).
Khalilurrahman mengatakan suhu di Mina saat ini sangat panas, di atas 40 derajat Celsius. Sementara perjalanan dari tenda Mina ke Jamarat juga lumayan jauh, jaraknya sekitar 4 km untuk sekali jalan.
Pantauan di lokasi Jamarat di hari pertama lontar jumrah, banyak jemaah yang kelelahan. Jemaah lansia yang tetap nekat ingin melontar jumrah banyak yang tidak kuat melanjutkan perjalanan balik ke tenda. Ada juga jemaah yang terpisah dari rombongan dan tersasar. Petugas yang berjaga dengan sigap membantu para jemaah tersebut.
ADVERTISEMENT
“Jemaah dapat mewakilkan/membadalkan pelaksanaan lempar jumrah kepada jemaah lain atau petugas,” katanya.
Suhu panas di lokasi lontar jumrah, Mina. Senin (17/6/2024). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
Suhu panas di lokasi lontar jumrah, Mina. Senin (17/6/2024). Foto: Salmah Muslimah/kumparan
Khalilurrahman meminta kepada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah KBIHU untuk mengkoordinasikan pelaksanaan badal lempar jumrah bagi seluruh jemaah binaan yang lansia, risti, disabilitas, sakit, kelelahan dan kurang sehat secara fisik.
Mabit di Mina menjadi tahapan terberat fase puncak haji Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Sebab, jemaah tinggal lebih lama di tenda Mina. Selain itu, jika di Arafah dan Muzdalifah jemaah relatif hanya berdiam di tenda, di Mina ada aktivitas lontar jumrah yang memerlukan kekuatan fisik karena jarak dan kondisi cuaca yang panas. Karenanya, ikhtiar menjaga kesehatan sangat diperlukan.
"Jemaah diimbau untuk tidak memaksakan diri dalam melontar jumrah," katanya.
ADVERTISEMENT