Jenderal Andika Perkasa Disebut-sebut Hentikan Tes Keperawanan untuk Kowad

6 Agustus 2021 13:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Kowad di Pusdik Kowad. Foto: YouTube TNI AD
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Kowad di Pusdik Kowad. Foto: YouTube TNI AD
ADVERTISEMENT
Sudah lama setiap warga perempuan yang ingin menjadi anggota TNI, termasuk TNI AD, harus menjalani serangkaian tes kesehatan, yang termasuk di dalamnya adalah tes keperawanan.
ADVERTISEMENT
Tes keperawanan itu sudah lama ditentang oleh aktivis HAM karena keperawanan dinilai tidak ada hubungannya dengan kemampuan dasar sebagai anggota militer.
KSAD Jenderal Andika Perkasa disebut-sebut menangkap isu ini dan memberikan sinyal meniadakan tes keperawanan untuk calon anggota Korps Wanita TNI AD (Kowad). Andika menyebut, tes masuk untuk setiap warga baik laki-laki maupun perempuan harus sama.
Anggota Kowad di Pusdik Kowad. Foto: YouTube TNI AD
"Ini yang kemudian menonjol dalam perubahan kali ini karena memang kita harus konsekuen juga. Kita lakukan seleksi terhadap pria harus sama dengan apa yang kita lakukan dengan wanita dalam hal tadi, dalam hal kemampuan mereka bisa mengikuti pendidikan pertama atau dasar militer," kata Andika Perkasa dalam Pengarahan KSAD Kepada Para Pangdam Terkait Persyaratan Kesehatan Rekrutmen Kowad pada Juli lalu, dikutip dari akun Youtube TNI AD, Jumat (6/8).
ADVERTISEMENT
Pernyataan Andika itu mendapat perhatian Human Rights Watch (HRW). Lembaga HAM ini menyebut statement Andika merupakan sinyal berakhirnya tes keperawanan. Pihaknya menyambut baik hal itu.
Pernyataan HRW ini juga dikutip oleh media Inggris, The Guardian, Jumat (6/8/2021) dalam artikel berjudul "Indonesia Army Signals End to 'Virginity Test' for Female Recruits".

Arahan KSAD Jenderal Andika Perkasa

Anggota Kowad di Pusdik Kowad. Foto: ANTARANEWS
Dalam arahannya, Andika meminta semua Pangdam kembali fokus dalam tujuan rekrutmen, yakni mencari pemuda-pemudi yang mampu mengikuti pendidikan dasar kemiliteran.
“Jadi untuk kesehatan kita fokus tidak ada lagi pemeriksaan di luar tujuan tadi. Tujuan rekrutmen, tadi adalah seleksinya antara lain agar yang diterima bisa mengikuti pendidikan pertama, yang berarti hubungannya dengan mayoritas fisik," tutur Andika.
ADVERTISEMENT
Anggota Kowad di Pusdik Kowad. Foto: YouTube TNI AD
Andika sudah memerintahkan Kapuskes TNI AD untuk menyampaikan hal ini kepada setiap Kakesdam dan Kepala Rumah Sakit TNI AD di seluruh Indonesia. Sehingga tidak ada lagi tes kesehatan tak perlu yang tak berkaitan dengan kebutuhan pendidikan dasar.
“Nanti rekan-rekan semua akan diberi tahu oleh Kakesdam atau Kepala Rumah Sakit, yang mungkin sudah diberi tahu oleh Kapuskes, ada hal-hal yang tidak perlu lagi dilakukan, dan bukan tidak perlu, tidak boleh karena tidak ada hubungannya,” tegas Andika.

Syarat Pernikahan Prajurit

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa. Foto: YouTube TNI AD
Tak hanya untuk seleksi masuk TNI AD, syarat tes kesehatan ini juga tak akan diberlakukan lagi bagi prajurit yang akan menikah. Andika menilai, setiap prajurit yang akan menikah sudah memiliki tanggung jawab tersendiri dan setiap komandan harus percaya itu.
ADVERTISEMENT
“Apakah mereka sudah melakukan kesehatan sendiri apa belum, ya biarkan saja pada mereka. Mereka sudah dewasa, dan manakala mereka sudah memutuskan untuk menikah, ya, kita yakin prajurit kita sudah cukup dewasa dan matang untuk memutuskan apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan,” tutup mantan Pangdam Tanjungpura itu.
Namun, sepanjang pemaparan tak sekali pun Andika menyebutkan tes yang dimaksud adalah tes keperawanan.
kumparan sudah menghubungi Kadispenad Brigjen Prantara Santosa untuk mendapat penjelasan lebih detail, tapi belum ada jawaban.
Anggota Kowad di Pusdik Kowad. Foto: YouTube TNI AD

Menjadi Sorotan Dunia pada 2015

Isu tes keperawanan bagi wanita yang mendaftar sebagai prajurit TNI pernah menjadi sorotan dunia setelah Human Rights Watch Group (HRWG) membuat laporan tentang hal tersebut pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Sejumlah responden yang diwawancarai oleh HRWG menyatakan, tes keperawanan tersebut dilakukan oleh dokter dengan memasukkan dua jari ke dalam vagina dan digambarkan sebagai tes yang menyiksa dan diskriminatif.
Laporan HRWG kala itu diberitakan oleh sejumlah media asing.
Atas sorotan tersebut, kala itu TNI menyatakan bahwa TNI mencari kandidat yang prima, termasuk dari segi kepribadian. Mereka yang tidak perawan karena tindakan asusila dalam pergaulan dinilai tidak memiliki kepribadian yang prima sehingga tidak memenuhi persyaratan masuk TNI.