Jenderal Dudung: Ini Era di Mana Kebohongan Dapat Menjadi Kebenaran

20 Juli 2022 10:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
Jenderal Dudung memberikan kuliah umum di Universitas Jambi. Foto: TNI AD
zoom-in-whitePerbesar
Jenderal Dudung memberikan kuliah umum di Universitas Jambi. Foto: TNI AD
ADVERTISEMENT
KSAD Jenderal Dudung Abdurachman menyampaikan kuliah umum di Universitas Jambi pada Selasa (19/7). Dudung mengungkapkan ada empat peran penting yang bisa dilakukan mahasiswa dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dudung mengatakan, empat poin itu:
Pertama, mahasiswa harus menjadi agen perubahan.
Kedua, mahasiswa sebagai penjaga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
Ketiga, mahasiswa sebagai penerus bangsa.
Keempat, mahasiswa sebagai kontrol sosial terhadap kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Eks Pangkostrad itu menjelaskan, pluralisme di Indonesia saat ini sangat rentan. Terlebih dengan kemajuan teknologi informasi.
Jenderal Dudung memberikan kuliah umum di Universitas Jambi. Foto: TNI AD
Dudung mengajak kepada para seluruh civitas akademika Universitas Jambi untuk terus menggelorakan jiwa nasionalisme dan nilai-nilai pantang menyerah serta rela berkorban.
Eks Pangdam Jaya itu kemudian memberikan salah satu tips menuju kesuksesan kepada para mahasiswa yaitu melupakan masa lalu. Sebab masa lalu tidak akan pernah kembali lagi.
Selain itu, mahasiswa selalu melakukan yang terbaik secara optimal karena apa yang kita lakukan hari ini menjadi momen sejarah di hari esok.
ADVERTISEMENT
"Dan yang terakhir, bahwa cita-cita hanya harapan dan angan-angan. Tetapi ini harus diperjuangkan," ucap Dudung.
Jenderal Dudung memberikan kuliah umum di Universitas Jambi. Foto: TNI AD
Setelah menyampaikan kuliah umum, Dudung memberikan tiga buah buku yang ditulisnya secara simbolis kepada Rektor Universitas Jambi Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D.
Buku pertama berjudul 'Loper Koran Jadi Jenderal', kemudian buku kedua berjudul 'Dudung Abdurachman Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi' dan buku ketiga berjudul 'Super Humble'.