Jenderal HTS Ditunjuk Jadi Menteri Pertahanan Pemerintahan Transisi Suriah

31 Desember 2024 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Murhaf Abu Qasra. Foto: HAYAT TAHRIR AL-SHAM/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Murhaf Abu Qasra. Foto: HAYAT TAHRIR AL-SHAM/Reuters
ADVERTISEMENT
Otoritas transisi Suriah menunjuk mantan kepala militer kelompok oposisi Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Murhaf Abu Qasra, sebagai Menteri Pertahanan dalam pemerintahan baru yang menggantikan rezim Bashar al-Assad, Selasa (30/12).
ADVERTISEMENT
Abu Qasra (41 tahun) yang sebelumnya dikenal dengan nama samaran Abu Hassan al-Hamawi, memainkan peran penting dalam serangan kilat yang menggulingkan Assad pada 8 Desember lalu.
Mantan ahli agronomi asal Hama, Suriah tengah, ini telah memimpin sayap bersenjata HTS selama lima tahun terakhir.
“Penunjukan ini menjadi tonggak penting dalam pembentukan pemerintahan transisi Republik Arab Suriah,” ujar pernyataan resmi yang disampaikan oleh kantor berita SANA.
Di masa pemerintahan transisi ini, Mohammad al-Bashir, yang sebelumnya memimpin “Pemerintahan Keselamatan” di Idlib, diangkat sebagai perdana menteri sementara hingga 1 Maret mendatang.
Pasukan keamanan pemerintah baru Suriah mengamankan area di sekitar kelompok pengunjuk rasa Alawite di distrik Mazzeh di Damaskus, Rabu (25/12/2024). Foto: Omar Sanadiki/AP PHOTO
Dalam wawancara eksklusif dengan AFP, Abu Qasra menyatakan komitmen HTS untuk membubarkan sayap bersenjatanya dan berintegrasi ke dalam pasukan nasional Suriah.
Ia juga meminta kelompok-kelompok bersenjata lainnya untuk mengikuti langkah serupa demi mewujudkan stabilitas negara.
ADVERTISEMENT
“Kami bertekad memperluas kewenangan pemerintah transisi ke wilayah semi-otonom Kurdi di utara dan barat laut Suriah,” ungkapnya.
Tapi, tantangan besar masih menanti, termasuk serangan berulang dari Israel yang menurut Abu Qasra membutuhkan perhatian masyarakat internasional.
“Solusi nyata harus ditemukan untuk menghentikan serangan ini demi mencegah eskalasi lebih lanjut,” tegasnya.
Pemimpin de facto Suriah yang juga kepala HTS, Ahmed al-Sharaa, menekankan pentingnya menahan diri dari konflik baru setelah bertahun-tahun perang dan kehancuran.
“Kelelahan rakyat Suriah menjadi pengingat bahwa era ini harus difokuskan pada rekonsiliasi dan pembangunan kembali,” katanya.