Jenderal Igor Kirillov Dibunuh, Putin Sebut Ukraina Lakukan Kejahatan Terorisme

19 Desember 2024 19:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin turun dari pesawat setibanya di Vietnam, di Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi, Vietnam, Kamis (20/6/2024). Foto: Nhac NGUYEN/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin turun dari pesawat setibanya di Vietnam, di Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi, Vietnam, Kamis (20/6/2024). Foto: Nhac NGUYEN/AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan tanggapan terkait tewasnya salah satu petinggi militernya, Letnan Jenderal Igor Kirillov, yang dibunuh Ukraina.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Putin menyebut Ukraina telah berulang kali melakukan aksi teror terhadap warga Rusia.
Kirillov yang merupakan Kepala Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologi, dan Kimia tewas di luar gedung apartemennya pada Selasa (17/12) bersama asistennya ketika bom yang dipasang di skuter listrik meledak.
"Pembunuhan ini dilakukan dengan cara yang membahayakan nyawa banyak orang. Rezim di Kiev telah berulang kali melakukan kejahatan semacam ini, kejahatan teroris, serangan teroris, terhadap banyak warga Federasi Rusia," kata Putin dalam sesi konferensi pers, Kamis (19/12).
Sementara itu, Rusia telah menangkap seorang pelaku berkewarganegaraan Uzbekistan yang diduga kuat sebagai pelaku pengeboman yang menewaskan Kirillov.
Komite Investigasi dalam pernyataannya menyebut, WN Uzbekistan kelahiran 1995 itu dikirim ke Moskow untuk menyerang Kirillov. Ia diminta merekam dan siaran serangan itu ditayangkan langsung ke Dnipro, Ukraina, yang dipercaya sebagai perekrutnya.
ADVERTISEMENT
"Pria perekrut menjanjikan USD 100 ribu untuk melaksanakan serangan itu, serta kemungkinan untuk menetap di negara Eropa," kata pernyataan itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova berbicara kepada media di Moskow pada 29 Maret 2018. Foto: Yuri Kadobnov/AFP
Amerika Serikat kemudian membantah tudingan Rusia yang menyebut mereka membantu Ukraina dalam rencana pembunuhan Kirillov. Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, tak percaya dengan pengakuan AS itu.
Ia mengatakan, AS "membentuk rezim Kiev, mensponsori, menyediakan uang dan terus menerus mengirim senjata. Buktinya jelas: Washington tidak pernah satu kali pun mengutuk aksi teroris atau pembunuhan berencana yang dilakukan rezim Kiev".