Jepang Minta Pasukan AS di Pangkalan Militer Okinawa Dikurangi

24 Juni 2022 9:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasukan Darat Bela Diri Jepang (JGSDF) saat melakukan latihan militer di Pulau Miyako, Okinawa, Jepang, Kamis (21/4/2022). Foto: Issei Kato/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan Darat Bela Diri Jepang (JGSDF) saat melakukan latihan militer di Pulau Miyako, Okinawa, Jepang, Kamis (21/4/2022). Foto: Issei Kato/REUTERS
ADVERTISEMENT
Jepang pada Kamis (23/6/2022) memperingati akhir Pertempuran Okinawa yang berlangsung 77 tahun lalu. Okinawa adalah salah satu medan perang yang memakan paling banyak korban pada Perang Dunia Kedua.
ADVERTISEMENT
Pertempuran Okinawa terjadi pada fase akhir Perang Dunia Kedua pada 1945. Pertempuran ini menewaskan sekitar 200 ribu orang, hampir separuhnya adalah warga sipil.
Banyaknya korban jiwa warga sipil disebabkan pasukan militer Jepang saat itu, mengambil keputusan untuk mengorbankan populasi sipil demi memperlambat pendaratan pasukan Amerika Serikat (AS) di pulau-pulau utama.
Upacara peringatan yang digelar di Itoman, Okinawa, ini dihadiri langsung oleh Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan sekitar 300 tamu lainnya. Kishida adalah pemimpin Jepang pertama yang menghadiri upacara tersebut dalam 3 tahun terakhir akibat pandemi COVID-19.
Dalam upacara ini, Gubernur Okinawa Denny Tamaki berbicara tentang invasi Rusia di Ukraina. Ia mengungkapkan, konflik kedua negara tersebut mengingatkannya pada Pertempuran Okinawa yang juga banyak melibatkan warga sipil.
ADVERTISEMENT
“(Konflik itu) mengingatkan kita pada memori kita tentang pertempuran darat di Okinawa yang melibatkan warga 77 tahun yang lalu,” tutur Tamaki, dikutip dari Associated Press.
Dalam pidatonya, Tamaki pun berjanji untuk memastikan agar Okinawa tidak pernah menjadi medan perang lagi. Untuk itu, ia akan melanjutkan upaya penghapusan senjata nuklir dan mengecam peperangan.
Anggota Pasukan Darat Bela Diri Jepang (JGSDF) mengibarkan bendera di Pulau Miyako, Okinawa, Jepang, Kamis (21/4/2022). Foto: Issei Kato/REUTERS
Akhir-akhir ini, muncul kekhawatiran akan terseretnya Okinawa ke dalam ketegangan militer regional. Banyak warga Okinawa cemas atas persebaran pertahanan rudal Jepang yang berkembang di pulau-pulau terluar yang dekat dengan pusat konflik geopolitik seperti Taiwan.
Tamaki juga menyerukan pengurangan kehadiran militer AS di wilayahnya yang semakin membuat frustrasi warga.
Saat ini, mayoritas dari 70% fasilitas militer AS dan 50.000 tentara mereka yang berbasis di Jepang masih berada di Okinawa. Akibatnya, Okinawa menghadapi kebisingan, polusi, kecelakaan, dan kejahatan yang terkait dengan tentara Amerika.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, Kishida mengakui perlunya upaya pemerintah untuk mengurangi beban Okinawa dari pangkalan militer AS. Ia pun memastikan pemerintah akan memberikan lebih banyak dukungan untuk pembangunan ekonomi Okinawa yang tertinggal selama 27 tahun akibat pendudukan AS di sana.
Amerika Serikat tetap menduduki Okinawa selama dua dekade setelah mereka meninggalkan sebagian besar wilayah Jepang. Pada bulan Mei lalu, Okinawa menandai peringatan 50 tahun berakhirnya penjajahan AS dan kembalinya mereka ke Jepang.
Penulis: Airin Sukono.