Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Satu lagi negara memberikan lampu hijau pada obat COVID-19 produksi Merck & Co, Molnupiravir . Pada Jumat (24/12), panel Kementerian Kesehatan Jepang menyetujui penggunaan obat antivirus ini.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, persetujuan ini merupakan bagian dari rencana Perdana Menteri Fumio Kishida dalam melawan varian Omicron yang tengah mengamuk di dunia.
Dengan adanya keputusan ini, distribusi hingga 200.000 dosis obat ke penjuru Jepang pada akhir pekan ini dapat terealisasi, berdasarkan persiapan yang sudah diumumkan sebelumnya oleh Kishida.
“Saya yakin, distribusi dari obat ini merupakan langkah besar ke depan bagi penanganan COVID-19 di negara kita,” ujar Menteri Kesehatan Shigeyuki Goto kepada wartawan.
Sejumlah institusi kesehatan dan apotek diperkirakan akan menerima obat ini mulai Senin (27/12) depan.
Bulan lalu, Pemerintah Jepang telah menandatangani perjanjian pembelian obat yang dikembangkan oleh Merck & Co dan Ridgeback Therapeutics senilai USD 1,2 miliar, atau setara dengan Rp 17 triliun, untuk 1,6 juta dosis Molnupiravir.
ADVERTISEMENT
Banyak negara yang berbondong-bondong membeli obat ini, setelah uji klinis Molnupiravir oleh Merck menunjukkan hasil yang memuaskan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada Kamis (23/12) menyetujui penggunaan Molnupiravir bagi pasien rentan tertentu.
Tetapi, data pada akhir November menunjukkan obat ini ternyata tidak seefektif yang terlihat pada uji klinis awal. Prancis akhirnya membatalkan pesanan obat ini pada Rabu (22/12).
Ketika ditanya mengenai efikasi dari obat ini, Jepang mengatakan panel Kemenkes Jepang mengevaluasi Molnupiravir berdasarkan uji klinis awal. Sedangkan data terbaru “tidak membuat obat ini tidak efektif.”
Pada pekan ini, Negeri Matahari Terbit mendeteksi penularan lokal pertama varian Omicron. Sebab, satu kasus ini tidak memiliki riwayat perjalanan dan tidak memiliki keterkaitan dengan kasus impor.
ADVERTISEMENT
Kasus-kasus penularan lokal kini sudah ditemukan di beberapa kota seperti Osaka dan Kyoto. Pada Jumat (24/12), satu kasus suspek ditemukan di Tokyo.