Jerit Pilu 2 Balita di Balik Gelapnya Kamar Kos di Penjaringan

10 April 2025 17:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana TKP Penganiayaan anak di Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (10/4). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana TKP Penganiayaan anak di Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (10/4). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Siang terik menyengat kawasan pemukiman padat di Penjaringan, Jakarta Utara. Di balik tralis hitam yang menutup penuh sebuah rumah kos, suasana terasa senyap. Hanya satu pintu kecil terbuka sebagai akses masuk. Dari luar, lorong menuju kamar-kamar tampak gelap, kontras dengan cuaca siang yang menyilaukan.
ADVERTISEMENT
Tak banyak aktivitas terlihat di sekitar. Hanya beberapa warga sesekali melintas, menyisakan kesan sunyi yang menggantung di udara.
Di antara keheningan itu, tampak seorang perempuan muda menemani Grace dan dua orang anaknya yang menjadi korban penganiayaan pacarnya, EC (28).
Namanya Dea. Ia adalah salah satu saksi dalam kasus penganiayaan dua anak di Penjaringan, Jakarta Utara. Kini, ia sedang menemani korban—Grace dan kedua anaknya yang masih balita.
kumparan sempat berbincang dengan Dea sebelum mewawancarai Grace. Raut wajahnya cemas, penuh kekhawatiran pada nasib anak-anak yang baru saja lolos dari tindak kekerasan mengerikan di dalam kamar kos sempit itu.

Tangis Anak Terdengar Tiap Hari

Suasana TKP Penganiayaan anak di Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (10/4). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Dea, yang tinggal tepat di sebelah kamar Grace dan pacarnya, membeberkan apa yang ia dengar dari balik tembok. Ia mengaku, sejak pasangan tersebut pindah sebulan lalu, suara tangisan dan teriakan anak-anak kerap terdengar.
ADVERTISEMENT
“Anaknya disiksa itu. Udah setiap hari,” ujar Dea saat ditemui di lokasi, Kamis (10/4).
Awalnya, Dea dan tetangga lain mengira jeritan dari kamar sebelah adalah bentakan atau pukulan biasa. Namun, ada satu hari yang membuatnya merinding. Ia mendengar suara benda keras menghantam tembok sebanyak tiga kali.
“Saya mikirnya mungkin bapaknya saking kesalnya, nonjok tembok. saya mikirnya ke sana. Saya gak mikir sampai anaknya dijedutin ke tembok,” tuturnya.
Dea juga meyakini, Grace bukan hanya menyaksikan kekerasan terhadap anak-anaknya, tapi juga ikut menjadi korban penganiayaan.
“Ibunya juga kena KDRT. Kena ancam juga sama lakinya,” ujarnya
Namun, yang membuatnya terkejut, Grace pun diduga turut menganiaya anak-anaknya.
“Karena kan semenjak kejadian itu. Kalau kita denger anaknya bangun, kita ajak ke kamar kita. Kemarin sore, anaknya ke kamar saya. Ketahuan sama teman saya di bagian. Saya lupa di yang kanan apa yang kiri. Pokoknya di daerah sini (betis). Ada bekas gigitan sampe kamar diinterogasi (anaknya) sama teman saya sambil di videoin,” ujar Dea.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya siapa pelakunya, si anak menjawab: “Mamah.”
Takut Diancam
Menurut Dea, Grace terlihat seperti orang linglung. Ia beberapa kali ditanya oleh tetangga mengapa tak melapor lebih awal. Jawabannya selalu sama: takut diancam.
“Sempat ditanya sama orang kosan, kenapa enggak dari dulu ngadu kita, enggak berani. Karena katanya diancam,” kata Dea.
“Keluar penjara lu, awas katanya. gua cari lu,” ujar Dea menirukan omongan pelaku saat di temui di Polres.
Suasana TKP Penganiayaan anak di Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (10/4). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Menurut penuturan Dea, pelaku sebenarnya bukan kali pertama berhadapan dengan aparat. Ia diketahui sudah pernah dipenjara akibat penganiayaan.
“Lakinya di penjara selama satu hari, keluar lagi,” katanya.
Kala itu, anak Grace diambil alih oleh negara lantaran juga menjadi korban kekerasan. Pelaku sempat dipenjara satu hari, lalu keluar dan kembali tinggal bersama Grace.
ADVERTISEMENT
“Kita mikirin emang siapanya? Anaknya doang? Anaknya,” ujar Dea dengan nada sedih.
Ia juga menuturkan bahwa pasangan ini baru pindah dari Tanjung Duren sebulan lalu. Sejak awal, tetangga sudah menaruh curiga pada si pria.
“Karena berapa kali kita sapa, gak ada sapa balik. Mukanya tuh songong, istilahnya gitu lah,” ucap Dea.
Sementara Grace disebut seperti orang yang kehilangan arah. “Nah, si ibunya ini, kayak orang linglung. Terus kalo ketemu saya, ketemu orang-orang kosan juga, yang lain. Orang linglung bang, ngelihatinnya kayak... Ya bingung,” jelasnya
Setelah kejadian penganiayaan terungkap, kedua anak dibawa visum, lalu kembali diasuh oleh Grace. Namun, tetangga khawatir kejadian serupa akan terulang.
“Lakinya di penjara selama satu hari, keluar lagi. Balikan lagi. Orang tua si perempuan juga. Capek,” ujarnya
ADVERTISEMENT
“Orang tua si ibu udah lepaskan tangan lah sama dia. Terus dikasih tau jangan balikan lagi, dibalikan lagi,” tutur Dea.
Kini, Grace dan anak-anaknya sedang mencari tempat tinggal baru yang masih berada di kawasan Penjaringan. Namun, bayang-bayang trauma masih menyelimuti mereka.
Sementara itu, pelaku EC ditangkap atas dugaan terhadap penganiayaan terhadap dua balita, anak dari pacarnya sendiri di Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (7/4).
Polisi menerima laporan dari warga yang kerap mendengar tangisan anak-anak dari dalam kos. Dari penyelidikan, terungkap bahwa pemicu kekerasan adalah kejadian buang air kecil dan besar yang mengotori kasur.