Jerman Akan Tarik Pasukan Penjaga Perdamaian dari Mali

17 November 2022 17:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Jerman. Foto: Reuters/Fabrizio Bensch
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Jerman. Foto: Reuters/Fabrizio Bensch
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jerman akan mengakhiri partisipasinya dalam misi penjaga perdamaian PBB di Mali pada akhir 2023, Kamis (17/11). Kebijakan ini diambil karena junta militer menjalin hubungan dengan Rusia dan menghambat operasional tentara Jerman dalam misi perdamaian.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, kebijakan penarikan pasukan tersebut telah disetujui oleh Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, para pejabat di kantor Kanselir Jerman. Langkah ini juga diambil mengikuti Inggris dan Partai Gading yang telah lebih dulu memutuskan menarik pasukan dari misi Misi Multidimensional Stabilisasi Terpadu PBB di Mali (MINUSMA).
"Paling lambat akhir 2023, tentara Jerman harus mengakhiri keterlibatan mereka dalam misi MINUSMA helm biru PBB," kata otoritas Jerman dalam sebuah pernyataan.
Secara resmi, keputusan akhir mengenai posisi Jerman dalam misi perdamaian PBB di Mali itu akan diumumkan pada Selasa (22/11) pada pertemuan yang dihadiri Kanselir Olaf Scholz.
Pada sejarahnya, pasukan tentara Jerman telah berada di Mali sejak 2013. Sebanyak 1.400 tentara misi perdamaian PBB MINUSMA berasal dari negara tersebut. Pasukan tentara itu diakomodir untuk menggantikan tentara Prancis yang telah menarik pasukannya pada awal tahun ini.
ADVERTISEMENT
Prancis sendiri telah berada di Mali selama hampir 10 tahun untuk membantu memerangi kelompok-kelompok ekstremis yang menimbulkan ancaman yang semakin besar di Mali. Namun, mereka memutuskan untuk mundur setelah junta militer menjalin kedekatan dengan Rusia.
Keterlibatan Rusia di Mali turut berimbas dalam operasional misi perdamaian yang dilakukan oleh Jerman. Mereka terpaksa untuk menangguhkan patroli pengintaian karena junta militer Mali tidak memberikan hak terbang sejak 11 Oktober lalu.
“Tentu saja, ini berdampak pada pelaksanaan misi. Itu sangat dibatasi,” kata juru bicara kementerian.
Mali jatuh pada krisis setelah Presiden terpilih Ibrahim Boubacar Keita, digulingkan pada Agustus 2020 atas kegagalannya mengantisipasi kelompok ekstremis, yang merenggut ribuan nyawa dan mengusir ratusan ribu orang dari rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Tahun berikutnya, pemerintahan sipil sementara dipaksa keluar dan junta militer mulai menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Rusia. Mereka memperoleh pesawat tempur dan helikopter Rusia untuk membasmi kelompok ekstremis. Tidak hanya itu, mereka juga memperoleh tentara bayaran dari Rusia.
Awal pekan ini, Pantai Gading mengatakan akan menarik pasukannya dari operasi penjaga perdamaian PBB pada Agustus 2023 pada Selasa (15/11). Sedangkan Inggris mengumumkan penarikan sehari sebelumnya.
Menteri Pertahanan Inggris James Heappey menyatakan militer Mali enggan bekerja sama untuk menciptakan perdamaian yang lebih stabil. Dia menambahkan bahwa kemitraan junta militer dengan kelompok Wagner kontraproduktif untuk tujuan perdamaian.
Penulis: Thalitha Yuristiana.