Jet Tempur Ethiopia Gempur Pemberontak Tigray Dua Hari Berturut-turut

15 September 2022 19:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memeriksa taman bermain yang rusak setelah serangan udara di Mekelle, ibu kota wilayah Tigray utara Ethiopia. Foto: Tigrai TV/Reuters TV via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga memeriksa taman bermain yang rusak setelah serangan udara di Mekelle, ibu kota wilayah Tigray utara Ethiopia. Foto: Tigrai TV/Reuters TV via REUTERS
ADVERTISEMENT
Militer Ethiopia melancarkan serangan selama dua hari berturut-turut di wilayah Tigray. Serangan yang bermula pada Rabu (14/9) itu menyebabkan tewasnya 10 orang dan 13 orang lainnya luka-luka.
ADVERTISEMENT
Serangan tersebut terjadi tak lama setelah Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menyatakan kesiapan untuk melakukan pembicaraan damai dengan pemerintah Ethiopia melalui mediasi Uni Afrika (UA).
Otoritas kesehatan mengatakan, dua pesawat nirawak (drone) menyasar perumahan sipil Mekelle. Pihaknya menambahkan, serangan udara di hari kedua dinilai sangat mematikan karena jumlah korban tewas meningkat drastis dari serangan pertama.
Warga berdiri di samping rumah yang hancur akibat serangan udara selama pertempuran antara Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia (ENDF) dan pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) di kota Kasagita, Afar, Ethiopia, Jumat (25/2/2022). Foto: Tiksa Negeri/REUTERS
"Di antara para korban, seorang ayah meninggal dan putranya dibawa untuk operasi," kata ahli bedah di Rumah Sakit Rujukan Ayder di Mekelle, Fasika Amdeslasie, dikutip dari AFP, Kamis (15/9).
Serangan udara pertama terlebih dahulu dilakukan di Universitas Mekele pada Selasa (13/9). Terlepas dari inisiatif pembicaraan damai, pertempuran terus terjadi antara pemerintah dan pemberontak TPLF.
"Rezim di Addis terus menentang kemungkinan solusi damai melalui unjuk kekuatan dan serangan udara," tulis juru bicara TPLF, Kindeya Gebrehiwot, di Twitter.
ADVERTISEMENT
Asap mengepul dari lokasi serangan udara, di Mekelle, ibu kota wilayah Tigray, Ethiopia Rabu (20/10/2021). Foto: Stringer/Reuters
TPLF merupakan kelompok pemberontak dengan ideologi nasionalis sayap kiri yang memperjuangkan hak-hak Tigray-Tigrinya. Kelompok etnis tersebut selama ini dikesampingkan oleh pemerintah.
Serangan udara ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata pada Maret. Eskalasi turut menghancurkan harapan perdamaian, serta memakan korban masyarakat sipil yang lebih banyak.
"Pemerintah Ethiopia berkomitmen terhadap proses perdamaian yang dipimpin AU dan menyatakan harapan bahwa Uni Eropa akan mendukung upaya untuk mengakhiri konflik secara damai," kata Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Ethiopia, Demeke Mekonnen.
Seorang wanita Ethiopia membawa anaknya saat tiba di perbatasan Sudan-Ethiopia di desa Hamdayet di negara bagian Kassala timur, Sudan, (22/11). Foto: Mohamed Nureldin Abdallah/REUTERS
Sementara itu, upaya diplomatik terus dilakukan oleh utusan baru Amerika Serikat untuk Tanduk Afrika, Mike Hammer. Dia memperpanjang kunjungannya ke Ethiopia bulan ini.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Ketua Komisi AU Moussa Faki Mahamat, dan blok Afrika Timur IGAD juga menyambut baik tawaran pembicaraan TPLF.
ADVERTISEMENT
Uni Eropa yang mendukung pembicaraan damai tersebut turut prihatin atas serangan yang menewaskan masyarakat sipil.
Penulis: Thalitha Avifah Yuristiana.