Jika Hizbullah Membalas Serangan, Apakah Israel Siap?

19 September 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Israel berdiri di dekat kendaraan artileri self-propelled tentara di pinggiran Kiryat Shmona dekat perbatasan Israel dengan Lebanon, Kamis (6/7/2023). Foto: Jalaa Marey/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Israel berdiri di dekat kendaraan artileri self-propelled tentara di pinggiran Kiryat Shmona dekat perbatasan Israel dengan Lebanon, Kamis (6/7/2023). Foto: Jalaa Marey/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dengan pernyataan Menteri Pertahanan Israel tentang "fase baru" dalam perang, serta serangan yang diduga dilakukan Israel yang memicu ledakan pager dan walkie-talkie di Lebanon, ancaman konfrontasi besar-besaran antara Israel dan Hizbullah — kelompok politik di Lebanon yang berpengaruh — semakin nyata.
ADVERTISEMENT
Harapan untuk penyelesaian diplomatik pun meredup, retorika dari kedua belah pihak menunjukkan ketegangan yang semakin memuncak.
Dalam beberapa hari terakhir, Israel mengerahkan pasukan tempur besar ke perbatasan utara, sementara pemerintah juga memprioritaskan pemulangan puluhan ribu penduduk Israel yang telah mengungsi akibat serangan lintas batas oleh Hizbullah.
Peta Israel dan Lebanon. Foto: Below the Sky/Shutterstock
Meskipun sebelumnya kedua pihak berhati-hati agar konflik tidak meluas, kini situasi berubah drastis. Setelah ledakan walkie-talkie dan pager di Lebanon yang menewaskan 30 orang dan melukai ribuan lainnya, Israel diduga berada di balik serangan tersebut.
Hizbullah marah besar atas ledakan 5 ribu pager atau penyeranta di Lebanon pada Selasa (17/9). Mereka berjanji akan menuntut balas terhadap Israel.
"Kami menganggap musuh Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas agresi kriminal yang menargetkan warga sipil," ucap Hizbullah seperti dikutip dari Associated Press.
ADVERTISEMENT
"Israel akan mendapatkan hukuman setimpal," sambung dia.
Para pelayat membawa peti mati Mohammed Mahdi, putra anggota parlemen Hizbullah Ali Ammar, yang tewas pada Selasa (17/9) setelah pager genggamnya meledak, di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Rabu (18/9/2024). Foto: Bilal Hussein/AP Photo
Dikutip dari Associated Press, seorang brigjen Israel yang sudah pensiun, Amir Avivi, mengatakan, “Anda tidak bisa menyerang ribuan orang dan berpikir bahwa perang tidak akan terjadi.”
Pasukan Israel, termasuk Divisi ke-98 yang terkenal dengan operasi khususnya, telah dikerahkan ke perbatasan utara, memperkuat persiapan untuk potensi perang melawan Hizbullah.
Divisi yang berperan penting dalam operasi di Gaza itu diperkirakan akan menjadi garda terdepan dalam menghadapi ancaman Hizbullah di Lebanon.
Menhan Israel Yoav Gallant. Foto: Angelos Tzortzinis / AFP
Sementara pertempuran di Gaza mereda, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan bahwa "fase baru" dalam perang telah dimulai, memperkuat indikasi bahwa Israel siap untuk tindakan lebih keras terhadap Hizbullah.
"Kami sedang membuka babak baru dalam peperangan ini - yang menuntut keberanian, tekad, dan kegigihan dari kami," katanya dalam sambutan di pangkalan angkatan udara, Rabu (18/9).
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, Amerika Serikat — sekutu terkuat Israel — melalui utusannya, Amos Hochstein, memperingatkan Israel bahwa eskalasi konflik tidak akan membantu pemulangan warga yang mengungsi.

Apakah Perang Tak Terhindarkan?

Pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah. Foto: AFP/ANWAR AMRO
Meskipun Israel belum memutuskan untuk melancarkan serangan besar-besaran ke Lebanon, nasib selanjutnya sangat bergantung pada tanggapan Hizbullah.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, diperkirakan akan memberikan pidato penting pada Kamis (19/9), yang dapat menentukan langkah kelompok tersebut ke depan.
Jajak pendapat di Israel menunjukkan mayoritas publik mendukung tindakan lebih keras terhadap Hizbullah.
Sebanyak 67% warga Yahudi Israel mendukung intensifikasi respons militer, dengan 46% di antaranya menginginkan serangan besar-besaran terhadap infrastruktur Lebanon.
Israel tampak siap menghadapi potensi perang dengan Hizbullah. Namun, konflik ini berpotensi menimbulkan dampak besar bagi kedua negara, mengingat kekuatan tempur Hizbullah yang kini jauh lebih canggih dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Jika perang pecah, kedua belah pihak diperkirakan akan mengalami kerugian besar. Sejak 8 Oktober, lebih dari 500 orang tewas di Lebanon, sementara 23 tentara Israel dan 26 warga sipil juga menjadi korban serangan Hizbullah.