Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
India dan Pakistan telah berseteru memperebutkan wilayah subur Kashmir. Jika kedua negara itu benar-benar perang maka 'kiamat' kecil tak bisa dihindari.
ADVERTISEMENT
Ketakutan akan 'kiamat' datang bukan tanpa sebab. India dan Pakistan merupakan negara pemilik senjata nuklir.
Menurut Profesor Lingkungan Hidup Universitas Rutgers, Alan Robock, saat ini masing-masing negara memiliki 150 senjata nuklir.
Jumlah tersebut belum final. Pada 2025 India-Pakistan diprediksi bakal mempunyai lebih dari 200 senjata nuklir.
"Sangat disayangkan India dan Pakistan saat ini masih terlibat konflik Kashmir, dan setiap bulannya, bisa kalian baca banyak yang mati di garis perbatasan," sebut Robock seperti dikutip dari AFP, Kamis (3/10).
Berdasarkan populasi India dan Pakistan, bila konflik Kashmir berujung perang nuklir, maka yang jadi sasaran adalah masyarakat perkotaan. Diperkirakan lebih dari 125 juta orang bakal kehilangan nyawa.
Perkiraan jumlah tersebut melebihi korban tewas Perang Dunia II sebanyak 75-80 juta orang.
ADVERTISEMENT
Estimasi tersebut muncul jika India dan Pakistan melepaskan 100 kiloton nuklir, yang kekuatannya enam kali lebih besar dari yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima pada 1945.
Satu ledakan nuklir saja, diperkirakan bisa membunuh 2 juta orang dan melukai 1,5 juta warga lainnya. Kebanyakan korban tewas adalah yang terkena kobaran api hasil ledakan.
"Korban dari India bakal dua atau tiga kali lebih banyak dari Pakistan. Dalam skenario kami, Pakistan akan menembakkan lebih banyak nuklir dibanding India, India juga punya populasi lebih banyak," tulis Robock dalam jurnalnya.
Meski demikian, diperkirakan Pakistan berpotensi menderita kerugian dua sampai tiga kali lipat dibanding India.
Tak berhenti sampai di titik ini, asupan sinar matahari ke bumi pasti akan merosot drastis. Hal itu bakal berbuntut pada kekurangan makanan di dunia yang efeknya bertahan hingga 10 tahun.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap penelitian kami akan membuat orang menyadari bahwa nuklir merupakan senjata genosida," Robock.