Jika Indonesia Mau Buka Dialog dengan Israel, Ini Kerugian yang Bakal Didapat

18 Juni 2021 13:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Israel memegang bendera dan poster di dekat Gerbang Damaskus, tepat di luar Kota Tua Yerusalem, Selasa (15/6). Foto: Ammar Awad/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Israel memegang bendera dan poster di dekat Gerbang Damaskus, tepat di luar Kota Tua Yerusalem, Selasa (15/6). Foto: Ammar Awad/REUTERS
ADVERTISEMENT
Israel secara gamblang mengungkapkan kesediaannya untuk menjalin hubungan dengan tiga negara mayoritas Muslim di Asia Tenggara, salah satunya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Keinginan itu disampaikan Duta Besar Israel untuk Singapura, Sagi Karni. Dia mengatakan pemimpin Indonesia dan dua negara lainnya di Asia Tenggara cenderung mengabaikan sifat asli dari konflik antara Israel dengan Palestina.
Oleh karena itu, Israel ingin menjalin hubungan dengan Indonesia untuk lebih membuka mata soal isu tersebut.
Sampai saat ini, Indonesia dengan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik resmi. RI tak mau menjalin hubungan resmi lantaran mengecam Israel dan pendudukannya di Palestina.
Meski sudah, menyatakan diri mendukung penuh kemerdekaan Palestina, Israel tak lelah untuk merayu Indonesia membuka hubungan. Pada Desember 2020 lalu, Israel secara sepihak menyebut Indonesia siap membuka hubungan.
Kini, Israel lagi-lagi menggoda Indonesia untuk berdiskusi resmi.
Akan tetapi, jika suatu saat Indonesia memutuskan untuk memulai diskusi dan menjalin hubungan dengan Israel, seberapa besar kerugian yang akan dialami oleh Indonesia?
ADVERTISEMENT
Ketua Program Studi Pascasarjana HI Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, menjelaskan bahwa wajah Indonesia sebagai pendukung kemerdekaan Palestina akan terancam.
“Kalau kita bicara dalam konteks kerugian, kalau misalnya posisi kita membuka hubungan diplomatik sebelum ada negara Palestina, itu kan berarti kita mengingkari prinsip dasar kita,” jelas Broto ketika dihubungi kumparan, Jumat (18/6).
Palestina kini masih berjuang untuk meraih kemerdekaan dan mencapai kedaulatan. Negara Palestina masih berstatus de jure atau sah secara hukum, bukan de facto atau menurut kenyataan yang sesungguhnya.
Massa aksi memegang bendera Indonesia dan Palestina saat mengikuti aksi solidaritas di depan Kedubes Amerika Serikat, Jakarta, Kamis (20/5/2021). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Indonesia, menurut Broto, memiliki posisi sebagai pendukung kemerdekaan Palestina dan melihat Israel sebagai negara penjajah. Sehingga, fokus Pemerintah sudah pasti berada di Palestina, bukan di Israel.
“Itu bisa menjadi satu kerugian. Kita sudah berkomitmen untuk mendukung kemerdekaan dulu, lalu, nanti everything can follow. Segala sesuatu bisa mengikut," jelas Broto.
ADVERTISEMENT
"Jika kita melakukan pembukaan hubungan itu sebelum Palestina merdeka, itu akan jadi masalah. Karena image Indonesia akan tercederai,” tegas dia.