Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Jimly Asshiddiqie: Di Tahun Politik Kuncinya Jangan Baper
26 Juli 2018 21:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menggelar acara silaturahmi dan halalbihalal kebangsaan di Hotel Kartika Chandra, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Acara itu dihadiri berbagai tokoh politik nasional antara lain Wagub DKI Sandiaga Uno, Ketum PKS Sohibul Iman, hingga mantan Ketua DPR Akbar Tanjung.
ADVERTISEMENT
Ketua ICMI Jimly Asshiddiqie dalam pidatonya menyampaikan acara tersebut sengaja diselenggarakan untuk memperkuat silaturahmi sebagai sesama bangsa Indonesia dan umat Islam.
"Lama enggak ketemu karena kesibukan kita masing-masing, alhamdulillah kita bisa ketemu. Ini penting semangat silaturahmi ini untuk dipererat karena ini perintah agama memperpanjang umur memperluas rezeki, kan begitu perintah agama kita apalagi di zaman sekarang ini," ujar Jimly ketika memberikan sambutannya, Kamis (26/7).
Jimly juga menyinggung tahun politik yang denyutnya mulai deras, mengingat ada hajatan Pilpres dan Pileg 2019. Namun, ia sebenarnya tidak sependapat apabila saat-saat sekarang disebut tahun politik. Karena yang sibuk adalah para pelaku politik atau politisi bukan rakyat.
"Tadi disebut tahun politik. Sebenarnya bukan tahun politik, tahun politisi, itu yang bener. Yang sibuk kan politisi saja, itu kata Presiden PKS barusan. Rakyat sih enggak sibuk kok yang sibuk itu politisi," tuturnya yang membuat seisi ruangan tertawa terpingkal.
ADVERTISEMENT
Dengan situasi yang semakin memanas maka tak jarang ketegangan bisa terjadi setiap saat, baik melalui ujaran di media sosial hingga percakapan sehari-hari. Karena itu, Jimly menilai pentingnya silaturahmi salah satunya untuk meredakan ketegangan yang ada di elite politik hingga masyarakat di lapisan bawah.
Jimly juga meminta semua pihak tidak menggunakan perasaan dalam menanggapi berbagai perbedaan yang muncul.
"Orang-orang bisa menyembunyikan identitas lalu berkomunikasi dengan kalimat pendek dan mau cepat-cepat, maka di situ ada kebebasan menghujat, menilai lalu di sebelah sana baper, bawa perasaan. Maka akibatnya balas ya makin jadi," jelasnya.
Ia berharap, di tahun politik nanti para politisi dan masyarakat tidak terbawa perasaan hingga perseteruan menjadi semakin meruncing.
"Kuncinya ialah jangan baper, kalau kita enggak baper enggak apa-apa, cuma banyak di antara kita baper. Nah jadi akibatnya saudara-saudara makin tegang," tutup dia.
ADVERTISEMENT
Live Update