Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
JJ Rizal soal Jokowi Istana 'Bau Kolonial': Mengejek Pendiri Bangsa
14 Agustus 2024 14:38 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"(Orang) itu nggak paham bahwa kolonialisme bukan bangunan, kolonialisme itu pikiran," kata Rizal, seperti dikutip dalam instagram pribadinya, @jalanjalanrizal, Rabu (14/8), kumparan sudah dibolehkan oleh JJ Rizal untuk mengutip akun Instagramnya.
Rizal mengatakan bahwa Istana berbau kolonial itu sama saja dengan mengejek para pendiri bangsa. Mereka merebut bangunan-bangunan peninggalan Hindia Belanda, dan mengubahnya jadi suatu simbol kemerdekaan dan perjuangan bangsa.
"Jadi sebagai monumen, itu di balik dari monumen kolonial seperti Istana Negara diubah jadi monumen kemerdekaan. Maka, jalannya diubah jadi Jalan (Medan) Merdeka, untuk mengingatkan kita, bahwa nasionalisme kita itu antitesa dari kolonialisme," ucap Rizal.
Rizal menitikberatkan pada sikap Sukarno, yang akhirnya menetapkan Jakarta sebagai ibu kota negara lewat UU Nomor 10 tahun 1964 tanggal 22 Juni 1964. Ia mengubah wajah Batavia yang kental dengan nuansa kolonial, jadi wajah nasional.
ADVERTISEMENT
"Nasionalisme Sukarno itu nasionalisme yang inklusif, gitu ya. Membuka diri dan memahami bahwa warisan kolonialisme itu berhasil ditumbangkan oleh nasionalisme," kata Rizal.
Ia juga mengingatkan, bahwa dari gedung-gedung kolonial itu muncullah pergerakan nasional. Seperti berdirinya Budi Utomo, pada 20 Mei 1908 di gedung STOVIA atau Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, di Indonesische Clubgebouw (kini jadi Museum Sumpah Pemuda).
"Jadi buat orang yang bilang kolonialisme dicium tiap hari di istana, orang-orang itu benar-benar tidak paham, sorry, tidak paham bahwa kolonialsime itu pikiran. Kedua dia mengejek pendiri bangsa terutama Sukarno," tutup Rizal.