JK: Banjir di Samarinda dan Konawe karena Hutan Habis untuk Tambang

11 Juli 2019 11:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla di Jakarta Convention Center, Kamis (11/7). Foto: Kevin S Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla di Jakarta Convention Center, Kamis (11/7). Foto: Kevin S Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri acara Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diselenggarakan oleh Kementerian LHK di Jakarta Convention Center, Jakarta. Dalam sambutannya, JK sempat menyinggung soal bencana banjir yang melanda Samarinda, Kalimantan Timur, dan Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
ADVERTISEMENT
JK mengungkapkan, salah satu penyebab banjir di kedua wilayah itu adalah hutan yang dibabat habis. Hutan-hutan yang berada di wilayah Samarinda dan Konawe itu banyak ditebang untuk kegiatan pertambangan.
"Kalau kita lihat saja contoh, kenapa banjir di Konawe dan Samarinda yang hebat, dua duanya daerah tambang yang merusak hutan," kata JK di JCC, Jakarta, Kamis (11/7).
"Konawe habis hutan-hutan karena ditambang untuk nikel. Di Samarinda dan sekitarnya habis juga hutan dirambah untuk batu bara. Maka rusaklah Samarinda, banjirlah Samarinda, dan banjirlah Konawe," timpalnya.
Foto udara kondisi jembatan Ameroro penghubung jalan trans sulawesi pasca banjir di Kecamatan Uepai, Konawe, Sulawesi Tenggara, Kamis (20/6). Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Menurutnya, pajak yang diterima oleh pemerintah daerah karena tambang tidaklah seberapa, jika hutan-hutan yang dibabat menyebabkan kerusakan lingkungan dan tak ditanami kembali.
"Mungkin saja, pajak yang diterima pemerintah dari pemerintah daerah tambang itu tidak sebesar dari pada kerusakan dirasakan oleh rakyat, akibat kerusakan lingkungan. Karena itulah pemerintah tentu buat tanggung jawab, atas kerusakan itu kita semua," ucap JK.
ADVERTISEMENT
Selain soal banjir akibat kerusakan lingkungan, JK juga menyinggung soal kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur di musim kemarau ini. Ia menyebut kekeringan yang melanda sejumlah wilayah itu juga salah satunya disebabkan berkurangnya luas hutan.
Warga menggunakan air endapan sungai untuk mencuci pakaian di Kalimati, Juwangi, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (24/6). Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
"Kekeringan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Semua itu juga mempunyai efek yang besar untuk kehidupan manusia. Kalau kita lihat lingkungan selalu untuk kita, ada hubungannya dengan kehutanan. Banjir dan kekeringan adalah dua hal yang penyebabnya satu, yaitu masalah hutan akibat berkurangnya luas hutan kita," jelas JK.
Hujan deras sebelumnya mengguyur Kota Samarinda sejak awal Juni, hingga membuat sebagian besar wilayah lumpuh. Sementara itu, banyak rumah di wilayah Desa Ameroro, Konawe, hancur akibat banjir bandang dari Sungai Konaweha yang meliap. Banjir ini sempat memutus akses jalan Trans Sulawesi, yang menghubungkan Sultra-Sulsel.
ADVERTISEMENT
Untuk bencana kekeringan, berdasarkan dari Kementerian Pertanian menunjukkan Jawa Timur menjadi wilayah yang paling luas terkena dampak, lalu diikuti oleh Jawa Tengah. Akibatnya, masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih, begitu juga untuk area persawahan.