Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
JK: Jalan Thamrin Mirip Singapura, Tanjung Priok Seperti Bangladesh
28 Januari 2019 10:54 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar rapat terkait transportasi Jabodetabek di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Senin (28/1). Sebelum rapat, JK dan sejumlah menteri termasuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau beberapa titik kemacetan dari udara.
ADVERTISEMENT
Hadir dalam rapat tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Wali Kota Bogor Aria Bima, Wali Kota Tangsel Airin, hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Rapat ini untuk membicarakan tentang sistem transportasi ke depan di Jabodetabek. Tadi pagi kita naik helikopter keliling Jakarta dan sekitarnya, untuk melihat apa sih yang terjadi dan apa yang harus dilaksanakan," kata JK membuka rapat, Senin (28/1).
JK kemudian menyoroti keadaan beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya. Menurut JK, perlu ada integrasi antara Jakarta dan sekitarnya, sehingga satu wilayah dan yang lainnya dapat saling terkoneksi dan memberi manfaat satu sama lain.
"Ini Jakarta kalau kita ada di Jalan Thamrin itu seperti di Singapura, tapi kalau kita di belakangnya, itu Tanjung Priok seperti Bangladesh. Tapi kalau kayak di Bekasi, kota yang lain lumayan," ujar JK.
ADVERTISEMENT
Di hadapan sejumlah menteri dan Gubernur DKI, JK menyinggung perbedaan kondisi masyarakat perkotaan di luar negeri dan di dalam negeri. Masyarakat di kawasan penyangga kota cenderung mengeluarkan biaya lebih untuk mobilitas sehari-hari.
"Karena itu sistem apa yang kita harapkan untuk Jakarta, supaya saling menyambung, saling memberikan ini (manfaat), kalau di negara lain orang kaya (mampu) tinggal di luar kota, orang yang kurang mampu tinggal di dalam kota," jelas JK.
"Kalau kita terbalik, (kebanyakan) orang yang mampu tinggal di dalam kota, orang yang kurang mampu tergeser ke luar kota. Sehingga lebih besar ongkosnya, karena itulah kita membicarakan konsepnya apa yang kita harapkan," timpalnya.