JK Kritik Kurikulum Merdeka: Apa Merdekanya?

7 September 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
Wakil presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla pada acara Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tajuk "Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan" bersama Kemendikbudristek di Hotel Sheraton Gandaria City, Jakarta, Sabtu (7/9/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla pada acara Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tajuk "Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan" bersama Kemendikbudristek di Hotel Sheraton Gandaria City, Jakarta, Sabtu (7/9/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla, mengkritik kebijakan kurikulum merdeka yang digagas oleh Mendikbudristek, Nadiem Makarim. JK menilai bahwa dirinya konservatif soal pendidikan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya kurikulum itu membuat anak-anak jadi tidak belajar. Sebab sudah tidak ada Ujian Nasional (UN).
"Saya konservatif, anak itu, kita ini, kita semua pernah sekolah kan? kapan kita belajar? kan mau ujian, ya, kan. Kalau tidak ada ujiannya, kapan belajarnya?" kata JK, dalam acara diskusi bertajuk “Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan” yang digelar di Hotel Sheraton Gandaria City, Jakarta, Sabtu (7/9).
"Kampus merdeka, apa merdekanya? tidak merdeka aja tidak belajar, apalagi merdeka," tambahnya.
Menurut JK, jangan asal menerapkan kurikulum untuk seluruh sekolah di Indonesia. Baginya Ujian Nasional juga tidak akan membuat seluruh siswa stres.
"Saya bilang biar aja kalau anak-anak itu berapa sih stres paling tinggi 1%, tapi lebih stres lagi kalau tidak ada kerjaan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
JK menerangkan jumlah SMK saat ini begitu banyak. Tapi lulusannya tidak bekerja sesuai kejuruannya.
“Kita punya luar biasa bikin SMK dia buat SMK sekarang di Indonesia 10 ribu swasta, 5 ribu pemerintah, tapi 75 persen caddy di lapangan golf tamatan SMK, siapa suka golf boleh tanya 75 persen caddy tamatan SMK,” kata JK.
JK menilai hal tersebut terjadi karena ada kesalahan pada dua faktor yakni ekonomi dan juga pendidikan.
“Dua-duanya salah, ekonomi kita tidak berkembang akhirnya mereka sekolah SMK tidak ada kerjaan atau mereka tamat asal tamat sehingga tidak bisa bekerja mengembangkan ekonomi,” ujarnya.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Siswa lebih dibebaskan untuk memilih pelajaran sesuai dengan minat dan bakat.
ADVERTISEMENT