Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jokowi dan Masjid Niujie, Titik Awal Penyebaran Islam di China
14 Mei 2017 14:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Masyarakat Muslim Indonesia yang sedang berwisata ke Beijing biasanya tidak melewatkan ini: sekadar mengunjungi atau bahkan salat di Masjid Niujie. Masjid bersejarah ini cukup populer dan menjadi kebanggaan negeri China.
ADVERTISEMENT
Masjid ini dibangun pada 998 Masehi. Di areal masjid juga terdapat makam pendiri dan imam Masjid Niujie yang juga berjasa menyebarkan agama Islam di negeri tersebut, Syekh Ali Imaduddin dan Syekh Ahmad Alburthoni.
Pemerintah China setiap mengundang tamu atau kedatangan tamu dari negeri beragama Islam, sering kali memasukkan masjid ini sebagai destinasi wajib untuk dikunjungi, guna menggambarkan kehidupan lintas agama yang penuh kerukunan.
Di media sosial, tak terhitung jumlahnya masyarakat Indonesia yang memposting kunjungannya di masjid yang merupakan titik awal masuknya Islam di daratan China ini.
Dalam kunjungannya ke China dalam rangka menghadiri KTT Jalur Sutera dan Sabuk Maritim Baru untuk Kerja Sama Internasional (Belt and Road Forum) di Beijing, Presiden Jokowi dan rombongan tak lupa mampir ke masjid ini. (Baca: Presiden Jokowi Salat 2 Rakaat di Masjid Niujie Beijing )
ADVERTISEMENT
Di Masjid Niujie, Jokowi salat sunah dua rakaat untuk menghormati masjid (tahiyatul masjid), berdoa dan berziarah ke makam pendiri masjid. Setelah itu berdiskusi dengan imam masjid dan saling bertukar cinderamata. Sejumlah WNI yang menetap di Beijing juga datang ke masjid ini dan bersalaman dengan RI-1.
Sejarah Masjid Niujie
Mengutip Wikipedia, masjid ini mengalami renovasi dan perluasan beberapa kali. Ini merupakan masjid terbesar di Beijing dan menjadi pusat komunitas Muslim Beijing.
Masjid Niujie dibangun pada 996 pada masa Dinasti Liao (916-1125). Pada tahun 1215 dihancurkan oleh tentara Mongol, kemudian dibangun kembali pada 1443 periode Dinasti Ming dan secara signifikan diperluas pada 1696 pada zaman Dinasti Qing.
ADVERTISEMENT
Sejak zaman Dinasti Qing, pasar di sekitarnya terkenal untuk perdagangan daging sapi dan daging kambing hingga saat ini. Nama masjid sebenarnya adalah Lǐbàisì, yang diberikan oleh Kaisar Chenghua pada tahun 1474.
Masjid telah mengalami tiga renovasi sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, masing-masing pada tahun 1955, 1979 dan 1996.
Niujie adalah wilayah padat berpopulasi ribuan warga Muslim yang membentang dari utara ke selatan, sekitar satu mil di sebelah barat Kuil Surga. Kawasan ini dipenuhi oleh toko-toko yang menjual masakan Muslim oleh penjualnya yang mengenakan peci putih. Dinamakan Niujie karena warga di wilayah ini menjual masakan halal, terutama daging sapi maka dinamakan Niujie atau "Jalan Sapi”.
ADVERTISEMENT
Masjid Niujie memiliki arsitektur bangunan tradisional China dan Arab. Luas keseluruhan komplek masjid mencapai 6.000 m². Beberapa komponen bangunannya antara lain ruangan ibadah, menara azan (bangge lou), menara pengamat bulan yang berbentuk heksagonal, serta dua buah paviliun tempat ukiran prasasti.
Jika kamu ke Beijing suatu hari nanti, jangan lupa datanglah ke masjid cantik ini.