news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jokowi: Frekuensi Bencana di RI Melompat, Ada Lebih dari 11.500 Kali di 2019

29 Juli 2021 10:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan pada Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2020. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan pada Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2020. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan secara virtual di Rapat Koordinasi Pembangunan Nasional dalam rangka Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang ke-74.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Jokowi menekankan risiko geo hidrometeorologi yang kerap muncul di Indonesia, seperti banjir, gempa, dan longsor. Hal ini karena berdasarkan penelitian, ada peningkatan terjadinya geo hidrometeorologi.
"Negara kita Indonesia ini memiliki risiko bencana geo hidrometeorologi yang tinggi. Jumlah bencana geo hidrometeorologi meningkat signifikan setiap tahunnya. Frekuensi dan intensitasnya juga meningkat bahkan melompat," kata Jokowi, Kamis (29/7).
Dia kemudian mencontohkan bencana tahun 2008 hingga 2019. Ada peningkatan yang cukup signifikan terjadinya fenomena alam seperti gempa bumi hingga cuaca yang cukup ekstrem.
Presiden Joko Widodo meninjau banjir di Desa Pekauman Ulu, Kabupaten banjar, Kalimantan Selatan, Senin (18/1). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
"Kita bahkan mengalami multibencana dalam waktu bersamaan. Gempa bumi misalnya pada kurun waktu 2008-2016 rata-rata 5 ribu sampai 6 ribu kali dalam 1 tahun," ujarnya.
"Pada tahun 2017 meningkat jadi 7.169 kali dan pada tahun 2019 jumlahnya meningkat signifikan menjadi lebih dari 11.500 kali. Cuaca ekstrem dan siklon tropis juga meningkat frekuensinya, durasi dan intensitasnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu saja, Jokowi menyinggung periode ulang terjadinya fenomena alam seperti El Nino dan La Nina pada 1981 hingga 2020 yang cenderung semakin cepat. Baginya, ada kecepatan dalam 2 hingga 3 tahunan dibandingkan periode 1950-1980 yang berkisar 5 hingga 7 tahunan.
Oleh karena itu, Jokowi menegaskan semua pihak harus meningkatkan ketangguhan dalam menghadapi fenomena alam tersebut dengan segala dampak yang ditimbulkan.
Sehingga, bisa meminimalisir adanya korban jiwa hingga kerusakan di dalam negeri.
"Kita harus meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, menguatkan manajemen penanganan bencana dan meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi dan memitigasi bencana untuk mengurangi risiko korban jiwa, kerusakan dan kerugian harta benda," ujarnya.
Seperti diketahui bencana hidrometeorologi ada bencana yang ditimbulkan oleh parameter meteorologi seperti banjir, kekeringan, badai dan lainnya.
ADVERTISEMENT