Jokowi: Harga Timbangan Berapa, Sih? Kan Murah Banget, Masa Enggak Bisa Beli

25 Januari 2023 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo mengunjungi Grand Indonesia, Jakarta, pada Minggu, (15/1/2023).  Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo mengunjungi Grand Indonesia, Jakarta, pada Minggu, (15/1/2023). Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Hasil Studi Status Gizi Indonesia yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan (menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menunjukkan adanya penurunan tren stunting pada anak di Indonesia. Ini pun turut menjadi perhatian Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan SGGI tahun 2021, terdapat penurunan tren stunting sebesar 2,8 persen dari 24,4 persen di tahun 2021, menjadi 21,6 persen. Namun, penurunan ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan Presiden Jokowi.
"Juga berkaitan dgn USG atau alat timbang berapa. Anggaran Menkes berapa sih. timbangan harganya berapa sih, kan murah banget masa enggak bisa membelikan negara sebesar kita ini," kata Jokowi di Rakornas BKKBN, Rabu (25/1),
Menkes Budi Gunadi Sadikin pun mengakui bahwa pencapaian penurunan stunting masih perlu digenjot.
“Kalau bapak Presiden targetnya 3 [persen], tapi belum tercapai. Tapi makasih ke gubernur, bupati, wali kota karena ini terjadi masa pandemi. Bukan masa biasa,” tutur Menkes di forum yang sama.
ADVERTISEMENT
Budi Gunadi berharap dengan terkendalinya Covid-19 dapat membantu turunnya angka stunting secara merata di setiap provinsi.
“Jadi mudah-mudahan karena pandemi sudah terkendali, mudah-mudahan tahun ini lebih baik. Masa pandemi saja bisa turun ini saja Sumsel, Kaltara, Riau itu turunnya 5 persen,” ujarnya.
Menurut laporannya, ada dua provinsi besar yang telah memenuhi target penurunan stunting 3 persen yang ditetapkan presiden, yakni Jawa Barat dan Jawa Timur. Dua provinsi ini mengalami penurunan tren stunting baik secara nominal dan persentase.
“Kalau NTT secara persentase besar, tapi nominal sedikit. Tapi kalau nominal Jabar yang besar,” jelas Budi Gunadi.
Menkes juga menyoroti tentang adanya faktor risiko yang besar saat pengumpulan data dilakukan karena ada dua titik intervensi kesehatan yang dilakukan. Pertama, saat pihak ibu dalam masa hamil, dan ketika menyelesaikan kewajiban ASI saat usia bayi 4-6 bulan.
ADVERTISEMENT
“Dicek USG kalo bayinya kurang harus dikasih makanan khusus,” tuturnya.
Kebutuhan akan fasilitas kesehatan ibu hamil yang memadai ini membuat Kementerian Kesehatan menargetkan melengkapi 10 ribu Puskesmas dilengkapi fasilitas USG. Target ini rencananya akan terpenuhi di tahun 2024.
Faktor intervensi kedua adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah masa wajib menyusui selesai. Peran Puskesmas dan Posyandu sangat penting untung memantau perkembangan bayi pada usia ini guna mencegah stunting.
Hal ini juga menjawab pertanyaan Jokowi seputar timbangan. Menkes menyebut sudah tersebar di 100 ribu posyandu.
“Sekarang posyandu 100 ribu sudah dikasih timbangan bagus dan diharapkan [pada tahun] 2023, 300 ribu posyandu punya alat antrometeri yang bagus,” tukas Menkes.
Pencegahan stunting pada anak merupakan langkah yang sangat penting sebab kemungkinan sembuh bagi yang telah terjangkit cukup kecil. Budi Gunadi mengatakan bahwa anak yang menjalani perawatan stunting hanya memiliki kemungkinan sembuh sebesar 20 persen.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalo bisa sebelum stunting, karena kalau di situ diintervensi 90 persen bisa sembuh. Kalau ditunggu stunting cuma 20 persen. Jadi jangan tunggu stunting, sudah telat,” tukasnya.
Penulis: Andin Danaryati