Jokowi Sentil Menteri Dinilai sebagai Ultimatum, Agar Tak Kaget Jika Reshuffle

4 Agustus 2020 15:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rapat terbatas perdana Presiden Joko Widodo bersama menteri kabinet Indonesia Maju menggunakan pembatas dari kaca akrilik di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/8).  Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris
zoom-in-whitePerbesar
Rapat terbatas perdana Presiden Joko Widodo bersama menteri kabinet Indonesia Maju menggunakan pembatas dari kaca akrilik di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/8). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi kembali menyentil menterinya terkait kinerja penanganan pandemi virus corona. Salah satu yang disinggung adalah penyerapan anggaran dalam penanganan virus corona di beberapa pos kementerian yang masih minim.
ADVERTISEMENT
Meski tak menyebutkan secara rinci, Jokowi mengatakan masih banyak menteri yang belum memiliki aura krisis di tengah pandemi dan kementerian tak punya prioritas. Terkait hal ini, pengamat politik Adi Prayitno menyebut ada dua hal yang yang ditampilkan Jokowi dari sikapnya tersebut.
Pertama, Jokowi ingin publik tahu bahwa selama ini dirinya sudah bekerja dengan benar. Hanya saja, ada beberapa menterinya yang tak sesuai dengan apa yang menjadi keinginannya.
"Kalau saya menduganya biar orang tahu kalau pembantunya ini sudah diingatkan gitu kalau bekerja. Biar ada dukungan bekerja," kata Adi kepada kumparan, Selasa (4/8).
"Dia ingin menunjukan ke publik bahwa dia sebagai Presiden sudah memberikan kemudahan kepada para menterinya untuk bekerja maksimal. Nah artinya kalau ada persoalan dalam penanganan corona, ini bukan kerja Presiden yang enggak benar, tapi menterinya yang enggak firm dalam bekerja," lanjutnya.
Rapat terbatas perdana Presiden Joko Widodo bersama menteri kabinet Indonesia Maju menggunakan pembatas dari kaca akrilik di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/8). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris
Di sisi lain, Adi menilai Jokowi tengah memberikan ultimatum agar menterinya bisa bekerja lebih keras lagi. Namun jika hal itu tidak bisa dipenuhi, maka kemungkinan besar Jokowi akan merombak kabinetnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau ada sinyal reshuffle atau dilakukan reshufle genap dalam setahun orang tak akan kaget. Publik tidak kaget karena Jokowi ini sebenarnya sudah kasih warning pada menterinya bekerja maksimal. Kemarahannya ini ultimatum," ujarnya.
"Biar nanti kalau ada reshufle enggak panik dan ujug-ujug gitu loh. Nah saya membaca dua hal itu di tengah kemarahan itu wasting time, mengulur waktu melihat apakah menterinya ini bisa bekerja extraordinary apa tidak gitu," tambahnya.
Adi mengatakan, perilaku Jokowi yang berani dan tegas kepada para menterinya menunjukkan bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu tak lagi memiliki beban. Jauh berbeda pada periode pertama Jokowi memimpin.
"Kalau dulu enggak to the point, kalau sekarang to the point. Artinya sekarang sudah vulgar, marah ya marah saja. Ini terkait menunjukkan ke publik dia bisa marah dan dia juga enggak punya beban lagi menutupi kemarahan menterinya enggak maksimal," pungkasnya.
ADVERTISEMENT