Ahmadiyah Nilai Kekerasan di Lombok Timur Terkait Tahun Politik

21 Mei 2018 16:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konpers penyerangan Ahmadiyah Lombok Timur (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers penyerangan Ahmadiyah Lombok Timur (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pengerusakan lima rumah milik anggota Ahmadiyah terjadi di Kecamatan Sakra Timur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Juru bicara Ahmadiyah Indonesia, Yendra Budiana, menilai aksi kekerasan kepada jemaah Ahmadiyah berhubungan dengan tahun politik.
ADVERTISEMENT
"Kami punya pengalaman dari tahun 2005 sampai sekarang, kalau semua kejadian itu berhubungan dengan kepentingan politik. Entah itu pemilu, entah itu kepentingan kelompok tertentu," kata Yendra usai konferensi pers bersama Komnas HAM di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat, Senin (21/5).
Ia mengatakan, sebagai minoritas, Ahmadiyah berusaha siap mental menjadi sasaran isu SARA. Termasuk menghadapi Pilkada 2018, Pileg dan Pilpres 2019.
"Tetapi tentunya dalam arti bukan keamanan, karena keamanan tanggung jawab aparat kepolisian. Tentunya mempersiapkan diri secara mental, bahwa kami akan menjadi komoditas, akan dijadikan sebagai sebuah isu," ungkapnya.
Warga Ahmadiyah di NTB diusir (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Ahmadiyah di NTB diusir (Foto: Dok. Istimewa)
Yendra menilai selama ini dirinya melihat banyak kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah berlatar belakang politik. Kejadian tersebut, kata dai, dimanfaatkan oleh sejumlah partai politik atau politikus untuk mendongkrak suara.
ADVERTISEMENT
"Di beberapa pihak bahwa calon-calon integritas membuat pakta integritas untuk, misal ke Ahmadiyah jika terpilih, itu bahkan jelas di media masa. Atau bahkan melakukan kampanye-kampanye, calon-calon potensi bahwa atas dasar sebuah penegakan Islam yang benar akan melakukan pemberantasan kelompok-kelompok yang mereka stigma sesat (Ahmadiyah)," pungkasnya.