Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi di RI Masih Jauh di Bawah Rata-rata Dunia

21 Mei 2024 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wisuda. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wisuda. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Publik tengah diramaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin mahal. UKT sendiri merupakan biaya per semester yang ditetapkan oleh masing-masing kampus.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa merasa kampus tak adil karena ada mahasiswa dari keluarga tak mampu, tapi UKT-nya besar dan ada yang sebaliknya. UKT tinggi atau terlalu mahal tentu menambah beban bagi seorang yang ingin menempuh perguruan tinggi.
Mendikbudristek RI, Nadiem Makarim, pun akhirnya turut bersuara menekankan, kenaikan UKT tidak akan berpengaruh kepada mahasiswa yang telah melakukan pendidikan.
"Jadi peraturan Kemendikbud ini tegaskan bahwa peraturan UKT baru ini hanya berlaku kepada mahasiswa baru, tidak berlaku untuk mahasiswa yang sudah belajar di perguruan tinggi," kata Nadiem, saat rapat kerja dengan Komisi X di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (21/5).
Lalu, berapa banyak masyarakat Indonesia yang akhirnya dapat melanjutkan perguruan tinggi?

Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi

Jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia rupanya terendah kedua di dunia menurut data OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi). Ada 48 negara-mitra OECD yang turut dianalisis.
ADVERTISEMENT
Data di bawah ini merupakan hasil survei OECD 2022 yang menunjukkan jumlah lulusan perguruan tinggi berdasarkan kelompok umur 25-34 tahun. Di bawah Indonesia ada Afrika Selatan yang urutannya paling buncit.
Secara umum, rata-rata jumlah lulusan perguruan tinggi di negara-mitra OECD ada di angka 47,42 persen. Sedangkan Indonesia hanya 17,93 persen dari populasi berusia 25-34 tahun. Adapun Afrika Selatan ada di angka 13,11 persen.
Nah, negara dengan jumlah lulusan perguruan tinggi terbanyak adalah Korea Selatan. Saat ini, 69 persen penduduk dengan kelompok usia 25-35 tahun memiliki gelar perguruan tinggi.
Menariknya, biaya untuk kuliah di Korea Selatan jauh lebih murah dibandingkan tingkat SMP maupun SMA. Hal ini berbanding terbalik dengan hampir semua negara OECD lainnya, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Masih mengutip data dari OECD, biaya pendidikan per tahun jenjang pendidikan menengah di Korea Selatan mencapai Rp 257,46 juta. Namun, biaya kuliah justru di angka Rp 180,64 juta per tahun.
Sebagai perbandingan, biaya sekolah di jenjang SMA di Indonesia menurut BPS mencapai Rp 16,14 juta. Sementara di perguruan tinggi mencapai Rp 29,72 juta per tahun.
Menurut OECD pencapaian pendidikan tidak hanya mempengaruhi prospek pekerjaan, tetapi juga tingkat upah. Rata-rata di seluruh negara-mitra OECD, pekerja berusia 25-64 tahun dengan pendidikan tinggi memperoleh penghasilan sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan dengan orang dengan pendidikan menengah.

Lulusan Perguruan Tinggi di ASEAN

Selain OECD, lembaga Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan milik PBB, UNESCO, juga merilis jumlah sarjana di tiap negara pada 2023. Bedanya data ini dihimpun dari keseluruhan kelompok usia.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan UNESCO, akses terhadap pendidikan tinggi di Asia Tenggara telah berkembang secara signifikan selama beberapa waktu terakhir.
Turut dijelaskan bahwa perkembangan tersebut merupakan pengaruh dari perubahan ekonomi dan demografi. Meningkatnya kelas menengah dan tingginya permintaan akan keterampilan tingkat tinggi menyebabkan banyak orang mendaftarkan diri ke perguruan tinggi.
Dari penelitian UNESCO, Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang memiliki penduduk dengan lulusan pendidikan tinggi terbanyak. Indonesia sendiri berada di urutan ke-6 dari 11 negara. Kamboja, Laos, dan Myanmar merupakan negara dengan rasio jumlah pendidikan terendah.