Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Jumlah pemilih di Hong Kong pecahkan rekor tertinggi untuk pemilihan anggota dewan kota, Minggu (24/11). Melalui pemilu ini, warga Hong Kong menyalurkan aspirasi demokrasi di tengah aksi protes anti-China.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, data pemerintah menunjukkan ada lebih dari 1,9 juta orang yang telah menggunakan hak pilihnya per pukul 15.30 waktu setempat, tujuh jam sebelum ditutup. Jumlah ini mencakup sekitar 47 persen dari 4,1 juta pemilih terdaftar.
Jumlah pemilih sementara tahun ini melampaui pemilu empat tahun lalu yang hanya 1,47 juta orang. Selain itu, proses pemilihan kali ini juga berlangsung aman dan damai. Kehadiran polisi hampir tidak terlihat, tidak ada aksi protes dan bentrokan.
"Saya berharap stabilitas dan ketenangan tidak hanya pada pemilu hari ini, tapi untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang ingin Hong Kong rusuh lagi," kata pemimpin Hong Kong, Carrie Lam.
Ada 1.104 kandidat yang memperebutkan 452 kursi dewan. Tugas mereka adalah mengatur kehidupan masyarakat, mulai dari anggaran, transportasi, hingga kesehatan publik. Diperkirakan hasil hitung cepat akan keluar sebelum tengah malam.
ADVERTISEMENT
Pemilu digelar di tengah aksi protes yang tak kunjung reda. Bahkan saat ini masih ada mahasiswa yang terjebak di Polytechnic University, dikepung polisi.
"Masalah sosial yang mendorong masyarakat untuk memilih dan fokus pada isu politik," kata Ming Lee, 26, seorang pemilih.
Aksi protes yang telah berlangsung enam bulan di Hong Kong diawali dengan penolakan RUU ekstradisi kasus kriminal ke China. Massa khawatir RUU ini akan membuat China bisa menangkapi musuh politik di Hong Kong. Lam juga disebut antek China dengan kebijakannya yang pro-Beijing.
Lam telah membatalkan RUU tersebut, namun aksi massa tak padam. Tuntutan mereka berubah ke kebebasan universal, termasuk di dalamnya kebebasan memilih pemimpin. Mereka khawatir China akan semakin mengekang kebebasan yang selama ini dinikmati.
ADVERTISEMENT
Seorang pemilih, Tsz, 30, mengatakan mereka ingin agar tuntutan tersebut dipenuhi melalui anggota terpilih nantinya. "Banyaknya angka pemilih mencerminkan harapan rakyat Hong Kong akan kebebasan universal," kata Tsz.