Junta Myanmar Ancam Musnahkan Demonstran Anti-Kudeta

28 Maret 2022 12:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panglima Tertinggi militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Foto: Thet Aung / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Panglima Tertinggi militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Foto: Thet Aung / AFP
ADVERTISEMENT
Pemimpin Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing mengumumkan pada Minggu (27/3/2022), pihaknya akan memberantas demonstran yang melawan kudeta. Hal tersebut disampaikan Hlaing saat parade militer menjelang Hari Angkatan Bersenjata di Naypyidaw.
ADVERTISEMENT
Pawai tahunan itu menampilkan tank, rudal, artileri dan pasukan penunggang kuda. Kepada sekitar 8.000 personel keamanan yang hadir di acara itu, Hlaing mengatakan, tentara tidak akan tunduk terhadap arus protes.
"Militer tidak akan lagi bernegosiasi dan akan memusnahkan sampai akhir kelompok-kelompok yang berjuang untuk menjatuhkan pemerintahannya," tegas Hlaing seperti dikutip dari AFP.
Tentara berdiri di samping kendaraan militer protes kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. Foto: STR/REUTERS
Para demonstran anti-kudeta terus menyerukan demonstrasi 'pemogokan kekuasaan' nasional melalui media sosial sejak Minggu (27/3/2022) malam waktu setempat.
Pejuang anti-kudeta 'Angkatan Pertahanan Rakyat' dilaporkan terus melakukan perlawanan terhadap pasukan Junta. Pertempuran dengan kelompok-kelompok pemberontak etnis yang lebih mumpuni juga berkobar di daerah perbatasan.
Selain menghadapi permasalahan dari dalam negeri, pemerintahan Junta juga telah terisolasi dari dunia sejak pemberontakan itu. Junta hanya menjalin satu hubungan diplomatik, yakni dengan Kamboja.
ADVERTISEMENT
Massa bergabung dalam unjuk rasa menentang kudeta militer dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, di Yangon, Myanmar, Selasa (9/2). Foto: Stringer/REUTERS
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Rusia telah dijadwalkan menghadiri parade tahun ini. Tetapi, ia batal hadir lantaran urusan internal. Kremlin merupakan pemasok senjata utama dan sekutu Junta Myanmar.
"Tetapi tidak mampu karena urusan negaranya," kata juru bicara Junta, Zaw Min Tun, merujuk pada Menhan Kremlin yang batal menghadiri parade.
Juru bicara militer Myanmar Brigadir Jenderal Zaw Min Tun. Foto: Thet Aung/AFP
Amerika Serikat dan Inggris pada Jumat (25/3/2022) telah mengumumkan sanksi baru terhadap junta militer Myanmar.
Langkah-langkah baru itu datang beberapa hari setelah Washington menyimpulkan tindakan genosida terhadap minoritas Rohingya Muslim oleh Junta Myanmar.
Organisasi pemantau lokal memperkuat dugaan tersebut. Pihaknya menerangkan, situasi di Myanmar menjadi semakin kacau sejak pemberontakan pada Februari 2021. Lebih dari 1.700 orang dilaporkan tewas akibat tindakan represi keras terhadap perbedaan pendapat.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sekar Ayu