Jurnalis Inggris Dibunuh di Amazon Brasil, AS Desak Tanggung Jawab

18 Juni 2022 10:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerabat istri jurnalis Inggris Dom Phillips memegang poster selama protes menyusul hilangnya Phillips dan pakar adat Bruno Araujo Pereira di Amazon, di pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil. Foto: Pilar Olivares/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat istri jurnalis Inggris Dom Phillips memegang poster selama protes menyusul hilangnya Phillips dan pakar adat Bruno Araujo Pereira di Amazon, di pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil. Foto: Pilar Olivares/REUTERS
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) pada Jumat (17/6/2022) mendesak pertanggungjawaban atas kasus pembunuhan jurnalis asal Inggris, Dom Phillips, yang ditemukan tewas di Hutan Amazon, Brasil.
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price, membuat seruan tersebut. Price mengatakan, mereka dibunuh karena mendukung konservasi hutan hujan dan masyarakat adat di sana.
"Kami menyerukan pertanggungjawaban dan keadilan–kita harus memperkuat upaya untuk melindungi para pembela lingkungan dan jurnalis secara kolektif," cuit Price.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengecam tindak kejahatan itu pada Kamis (16/6/2022). Pihaknya menggambarkan pembunuhan tersebut sebagai tindakan kekerasan brutal.
Jubir HAM PBB, Ravina Shamdasani, menerangkan, serangan tak henti mengancam aktivis dan masyarakat adat di Brasil. Dia lantas mendesak pemerintah untuk memperkuat perlindungan.
Petugas Polisi Federal membawa kantong mayat di Atalaia do Norte, negara bagian Amazonas, Brasil, Rabu (15/6/2022). Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Pada Jumat (17/6/2022), polisi mengidentifikasi sisa-sisa tubuh Phillips. Pihaknya menemukan mayat tersebut terkubur di Hutan Amazon.
Phillips tengah menjelajahi hutan tersebut bersama pemandunya, Bruno Pereira, ketika insiden itu menimpa mereka. Pereira adalah ahli adat dan advokat di badan urusan adat pemerintah Brasil, FUNAI.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 41 tahun itu telah berulang kali menerima ancaman dari para penebang, penambang, dan nelayan ilegal yang mencoba merambah ke kawasan lindung.
Kedua pria tersebut kemudian hilang saat menyusuri Lembah Javari pada 5 Juni. Wilayah itu dikenal marak kejahatan lingkungan.
Penambangan, penangkapan, penebangan ilegal, serta perdagangan narkoba umum terjadi di kawasan tersebut.
Petugas polisi mengawal Oseney da Costa de Oliveira yang dituduh terlibat dengan hilangnya jurnalis Inggris Dom Phillips dan pakar adat Bruno Pereira, di Atalaia do Norte, negara bagian Amazonas, Brasil, Rabu (15/6/2022). Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Polisi telah menangkap dua tersangka atas pembunuhan itu. Amarildo da Costa de Oliveira—yang dikenal sebagai 'Pelado'—ditangkap pada Rabu (15/6/2022).
Nelayan itu ditangkap bersama saudara laki-lakinya, Oseney da Costa Oliveira. Kedua tersangka merupakan pria berusia 41 tahun. Amarildo mengakui, dia menguburkan mayat para korban di dekat Kota Atalaia do Norte.
Polisi turut mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk seorang pria yang diidentifikasi sebagai Jefferson da Silva Lima. Keterlibatannya dalam kasus itu belum diketahui.
ADVERTISEMENT

Organisasi Kriminal

Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Foto: Amanda Perobelli/REUTERS
Para aktivis menyalahkan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, atas pembunuhan itu. Mengorbankan lingkungan dan hukum, dia telah membiarkan eksploitasi komersial terhadap Hutan Amazon.
Bolsonaro tidak menggubris segala kecaman tersebut. Dia justru menyalahkan para korban lantaran melakukan perjalanan 'sembrono' ke daerah yang tidak menyukai mereka.
Polisi mengatakan, para pelaku bertindak sendiri tanpa keterlibatan organisasi kriminal. Asosiasi Masyarakat Adat, Univaja, membantah kesimpulan tersebut.
"Ini bukan hanya dua pembunuh, tetapi kelompok terorganisir yang merencanakan kejahatan secara rinci," bunyi pernyataan Univaja, dikutip dari AFP, Sabtu (18/6/2022).
Operasi pencarian untuk jurnalis Inggris Dom Phillips dan pakar adat Bruno Pereira, yang hilang, di hutan hujan Amazon dekat perbatasan dengan Peru, di Atalaia do Norte, negara bagian Amazonas, Brasil, Jumat (10/6/2022). Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Univaja menerangkan, pihak berwenang kerap mengabaikan keluhan tentang aktivitas geng kriminal di daerah tersebut.
Organisasi itu bahkan telah mengajukan laporan terhadap salah satu tersangka pada April lalu. Pihaknya menemukan keterlibatan Amarildo dalam penangkapan ikan ilegal.
ADVERTISEMENT
Amarildo juga pernah menghadapi tuduhan serangan senjata terhadap FUNAI pada 2018 dan 2019.
"Sebuah organisasi kriminal yang kuat mencoba dengan segala cara untuk menutupi jejaknya selama penyelidikan," tegas Univaja.
Masyarakat Adat saat aksi protes Presiden Brasil Jair Bolsonaro terkait batas demarkasi tanah serta meningkatnya penambangan emas di wilayah adat di Brasilia, Brasil pada Senin (11/4) waktu setempat. Foto: Amanda Perobelli/REUTERS
Para ahli mengatakan, penangkapan ikan ilegal atas spesies yang terancam punah kerap terjadi di Lembah Javari. Pengedar narkoba menggunakan penjualan ikan tersebut untuk mencuci uang.
Koordinator Univaja mengabarkan, penduduk yang terlibat dalam pencarian para korban kini mengkhawatirkan keselamatan mereka. Pasalnya, para penduduk juga kerap melaporkan aktivitas ilegal.
"Kami akan tetap tinggal di sini, dan negara tidak akan memberikan perlindungan apa pun kepada orang-orang," ujar seorang warga yang mengaku telah menerima ancaman, Marubo.