Kabar Baik DKI: Positivity Rates dan Tren Pertumbuhan Positif Corona Terus Turun

11 Mei 2020 9:51 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Dinkes DKI Jakarta membawa sejumlah darah untuk rapid test massal saat mewabahnya virus corona. Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Dinkes DKI Jakarta membawa sejumlah darah untuk rapid test massal saat mewabahnya virus corona. Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi telah mewanti-wanti jajarannya agar menekan kasus virus corona di Indonesia secepat mungkin. Ia menegaskan, di bulan Mei kurva kasus corona harus sudah menurun.
ADVERTISEMENT
Namun, juru bicara pemerintah soal penanganan virus corona Achmad Yurianto menyebut, hingga Minggu (11/5) kurva kasus masih belum konsisten. Kasus di daerah masih turun naik.
Pemerintah pun telah berupaya menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah episenter guna menekan kasus. DKI Jakarta menjadi yang pertama, dan telah menerapkannya sejak 10 April lalu.
Kepala Gugus Tugas Letjen TNI Doni Monardo pun menyebut kasus di Jakarta memang sudah flat, dan ada kecenderungan menurun. Hal ini, katanya, tak lepas dari penerapan PSBB.
Namun, Doni mengingatkan agar warga Jakarta dan lainnya tak lengah. Harus tetap disiplin agar penularan virus corona bisa cepat teratasi.
Lalu, bagaimana data kasus corona di Jakarta sebenarnya?
ADVERTISEMENT
Sebelum langsung bicara kurva, mari kita bahas dulu soal keterbukaan data. Di antara seluruh provinsi di Indonesia, hingga saat ini, hanya Jakarta yang mengumumkan jumlah tes corona secara lengkap.
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
Baik itu rapid test maupun melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Hal ini menjadi penting, karena untuk mengetahui seberapa efektif upaya penanggulangan, jumlah tes harus diketahui.
Dengan begitu, tracing kasus positif bisa lebih agresif. Kemungkinan penularan pun diminimalisasi.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menjelaskan, sejak diadakan pertama kali pada Maret hingga 9 Mei, jumlah spesimen yang dilakukan swab test atau PCR mencapai 83.394 dengan jumlah kasus positif sebanyak 5.140.
Jumlah ini menjadi yang terbesar se-Indonesia. Secara nasional, tes spesimen melalui metode PCR dan Tes Cepat Molekuler (TCM) mencapai 158.273 dari 113.452 orang.
ADVERTISEMENT
Khusus untuk Sabtu (9/5), tes PCR dilakukan terhadap 2.886 sampel. "Lalu, sebanyak 1.654 tes dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru dengan hasil 182 positif dan 1.472 negatif," ujar Widyastuti dalam keterangannya.
Selain pentingnya pelaksanaan tes, WHO juga menyoroti jumlah tes yang mesti dilakukan dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, Epidemiolog sekaligus Pemimpin Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove, menyinggung pentingnya melihat positivity rates.
Positivity rates merupakan rasio antara jumlah kasus yang terkonfirmasi positif dengan total tes yang dilaksanakan di masyarakat. Semakin tinggi persentasenya, maka semakin banyak kemungkinan kasus yang belum terdeteksi.
Positivity rates dapat diketahui dengan membagi angka kasus positif dengan jumlah spesimen. Satu satu orang bisa saja memiliki lebih dari satu spesimen.
ADVERTISEMENT
Di Jakarta, hingga 9 Mei, positivity rate berada di angka 6,16 persen. Sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret, angka positivity rate terus menurun seiring dengan semakin masifnya tes yang dilakukan.
Silakan lihat grafik di bawah ini:
Bila dibandingkan dengan angka nasional, positivity rates di DKI lebih baik. Jumlah spesimen yang diperiksa Indonesia yang per 10 Mei adalah 158.273, dengan kasus positif sebanyak 14.302. Berarti positivity ratesnya di angka 9 persen.
Jadi perbandingan DKI dengan nasional adalah: 6,6 persen: 9 persen.
Angka positivity rates secara nasional juga turun dibandingkan sebelumnya, meski tidak sesignifikan di Jakarta. Pada 3 Mei misalnya, positivity rates nasional ada di kisaran angka 13,4 persen.
ADVERTISEMENT
Diduga, penurunan secara nasional tak lepas dari penurunan signifikan di Jakarta.
Sebelumnya, WHO melihat bahwa negara-negara yang ekstensif melakukan tes memiliki positivity rate di rentang 3-12 persen. Namun demikian, saat ini, WHO berharap, setiap negara hanya memiliki positivity rate setidaknya 10 persen.
Selain positivity rates, kumparan juga memberikan bagaimana jumlah tes individu PCR dengan kasus positif di Jakarta.
Dari grafik di atas terlihat, perkembangan jumlah tes jauh meningkat antara bulan Maret dan Mei. Sementara untuk kasus positif memang ada peningkatan antara Maret dan Mei, tetapi tidak signifikan.
Pertumbuhan kasus positif cenderung menurun sejak 2 April hingga 9 Mei. Jurang antara jumlah tes dengan angka kasus positif pun semakin lebar.
Grafik kasus corona di Jakarta. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Tentu hal ini harus terus dipertajam. Tes harus semakin masif, karena jumlah penduduk di Jakarta juga banyak, tercatat pada 2019 lebih dari 11 juta jiwa.
Ada beberapa pendapat soal berapa banyak tes yang seharusnya dilakukan di Indonesia. Menristek Bambang Brodjonegoro menyebut, idealnya Indonesia mengetes 1 juta spesimen.
--------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona