Kabar Corona Dunia: 4 Orang Utan di AS Divaksinasi; Klaim Sinopharm

6 Maret 2021 6:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggunakan masker berjalan melewati toko kosmetik di Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: REUTERS / Lim Huey Teng
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan masker berjalan melewati toko kosmetik di Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: REUTERS / Lim Huey Teng
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
kumparan merangkum kabar corona dunia pada Rabu (3/2). Mulai dari orang utan di Kebun Binatang Amerika Serikat (AS) divaksinasi hingga vaksin corona Sinopharm diklaim efektif untuk anak-anak hingga lansia.
ADVERTISEMENT
Berikut rangkumannya:
Malaysia Laporkan Penemuan 2 Kasus Corona Varian Inggris
Pemerintah Malaysia melaporkan penemuan dua kasus varian baru virus corona yang lebih menular.
Keterangan Dirjen Kementerian Kesehatan Noor Hisham Abdullah menyebutkan, varian tersebut dikenal sebagai B1525. Varian itu terdeteksi pada dua orang yang baru tiba di Malaysia dari Dubai, Uni Emirat Arab.
Warga menggunakan masker menunggu menyebrang di depan pusat perbelanjaan yang tutup di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/3). Foto: REUTERS / Lim Huey Teng
Analisis awal di kedua kasus itu, terdapat mutasi E484K yang juga ditemukan di dalam varian virus corona asal Inggris.
"Mutasi protein spike E484K salah satu yang paling memprihatinkan karena bisa menghindar dari sistem imunitas kita," ujar Noor seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, varian B1525 sebelumnya terdeteksi di Inggris, Nigeria, Denmark dan Kanada.
Australia Perpanjang Penutupan Perbatasan Internasional Hingga 3 Bulan
ADVERTISEMENT
Australia resmi memperpanjang penutupan perbatasan internasional selama tiga bulan ke depan. Keputusan itu diumumkan oleh Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt pada Selasa (2/3).
Dilansir Fox News, kebijakan bertajuk 'periode darurat biosekuriti manusia' ini seharusnya berakhir pada 17 Maret, sebelum diperpanjang hingga 17 Juni mendatang. Dalam pengumumannya, Hunt mengatakan situasi COVID-19 di luar negeri terus menimbulkan risiko pada kesehatan, termasuk munculnya virus corona varian baru yang diprediksi lebih menular.
Orang-orang yang mengantre di lokasi pengujian virus corona, di Adelaide, Australia, Selasa (17/11). Foto: AAP/Kelly Barnes via REUTERS
Larangan itu mengimbau sebagian besar warga Australia agar tetap tinggal setidaknya hingga bulan Juni.
Selain memperpanjang larangan perjalanan, Australia juga memperketat protokol kesehatan, salah satunya dengan melakukan test COVID-19 sebelum keberangkatan hingga pembatasan masuknya kapal pesiar di area Australia.
Vaksin Sinopharm Diklaim Efektif untuk Anak Usia 3-17 Tahun hingga Lansia
ADVERTISEMENT
Pihak Sinopharm mengungkapkan data terbaru uji klinis III vaksin COVID-19 mereka untuk anak-anak. Spesifiknya usia 3-17 tahun.
"Data dari uji klinis Fase III menunjukkan bahwa vaksin Sinopharm juga aman dan efektif pada kelompok usia 3-17 tahun," kata Ketua Peneliti Sinopharm Group Yu Qingming dikutip dari Global Times, Jumat (5/3).
Uji klinis III untuk anak-anak ini telah dilakukan pada Januari 2021. Berarti data yang disebut Yu ini merupakan data interim, karena lazimnya uji klinis III dilakukan paling cepat setahun.
Vaksin Sinopharm. Foto: Shutter Stock
Namun emergency use authorization (EUA) juga bisa dikeluarkan suatu negara dengan data ini. Seperti yang dilakukan BPOM yang memberikan EUA untuk vaksin Sinovac dengan menggunakan data interim uji klinis di Brasil.
"Vaksin COVID-19 Sinopharm telah disetujui untuk dipasarkan di lima negara - Uni Emirat Arab, Bahrain, China, Bolivia, dan Seychelles. Vaksin juga telah disetujui untuk penggunaan darurat di 40 negara termasuk Serbia menjadi negara Eropa pertama dan Hongaria anggota UE pertama untuk inokulasi," ungkap Yu.
ADVERTISEMENT
80 negara lain dan organisasi internasional juga telah menyatakan minatnya pada vaksin Sinopharm. Termasuk tentunya Indonesia, yang akan mengimpor vaksin Sinopharm untuk program vaksinasi mandiri atau gotong royong.
Mengenai kemanjuran dan keamanan vaksin COVID-19 pada lansia, Yu mengatakan vaksin institut Wuhan telah disetujui untuk kelompok ini.
"Penerima tertua vaksin Sinopharm berusia hampir 100 tahun," katanya.
Italia Blokir Pengiriman Vaksin AstraZeneca ke Australia
Pemerintah Australia menyatakan kekecewaannya atas langkah Italia memblokir pengiriman vaksin COVID-19 AstraZeneca ke negaranya.
Langkah Italia didukung oleh Komisi Eropa di Uni Eropa. Pemblokiran dilakukan seusai AstraZeneca gagal memenuhi komitmen kontrak pengiriman vaksin dengan Uni Eropa.
Menteri Keuangan Australia, Simon Birmingham, mengatakan, meski kecewa dan sedih, mereka tidak terkejut dengan apa yang dilakukan Italia.
ADVERTISEMENT
"Dunia berada di suatu area yang belum pernah dipetakan sebelumnya, jadi tak heran jika beberapa negara merobek buku aturan yang ada," kata Birmingham seperti dikutip dari Reuters.
Seorang pekerja medis menerima vaksin corona COVISHIELD dari AstraZeneca di Naypyitaw, Myanmar, Rabu (27/1). Foto: Thar Byaw/REUTERS
"Tindakan ini menunjukkan betapa baiknya Australia bila dibandingkan dengan sikap putus asa yang ditunjukan negara lain," sambung dia.
Menkes Australia Greg Hunt meminta warga tidak panik. Sebab, sebelumnya AstraZeneca sudah mengirimkan 300 ribu dosis vaksin.
Ratusan dosis itu diyakini cukup sampai produksi lokal vaksin Australia rampung dan meningkat.
Terkait blokir, pihak AstraZeneca dan Pemerintah Italia belum memberikan komentar.
Australia memulai vaksinasi massal pada dua pekan lalu. Tenaga medis serta dan lansia jadi kelompok pertama penerima vaksin.
Untuk tahap pertama Australia menggunakan vaksin Pfizer. AstraZeneca rencananya digunakan untuk vaksinasi masyarakat lebih luas.
ADVERTISEMENT
Selain memesan vaksin negara lain, Australia turut mengembangkan vaksin lewat perusahaan farmasi lokal CSL. Perusahaan itu diberikan tugas memproduksi 50 juta vaksin COVID-19.
Pertama Kali, 4 Orang Utan di Kebun Binatang Ini Disuntik Vaksin Covid
Orang utan bernama Karen tercatat menjadi salah satu primata yang mendapatkan vaksin COVID-19. Karen disuntik bersama tiga orang utan lainnya dan lima ekor spesies primata Binobo (Pan paniscus) di Kebun Binatang San Diego (San Diego Zoo), AS.
Pada Februari 2021 lalu, sembilan primata tersebut mendapat vaksin dari perusahaan farmasi hewan bernama Zoetis, setelah beberapa gorila dilaporkan positif terinfeksi virus corona pada Januari 2021 silam.
Melansir Live Science, satu gorila juga dijadwalkan untuk menerima vaksin COVID-19. Namun, karena banyak gorila yang dinyatakan positif Covid-19, maka gorila tersebut menjadi tidak diprioritaskan.
ADVERTISEMENT
“Masing-masing orang utan dan simpanse menerima dua dosis vaksis eksperimental,” jelas kepala petugas kesehatan di San Diego Zoo, Nadine Lamberski.
Seorang penjaga menggendong orang Bon Bon di Bandara Internasional Ngurah Rai dekat Denpasar di pulau wisata Indonesia, Bali, Senin (16/12). Foto: SONNY TUMBELAKA / AFP
Vaksin dari perusahaan Zoetis mirip dengan vaksin Novavax COVID-19 untuk manusia. Bedanya adalah kandungan protein yang diberikan ke sembilan primata tersebut sudah dimodifikasi untuk memicu antibodi.
Zoetis awalnya mengembangkan vaksin COVID-19 hanya untuk digunakan pada anjing dan kucing. Vaksin tersebut masih bersifat eksperimental dan belum disetujui oleh pemerintah AS untuk digunakan secara luas. Saat ini Zoetis sedang dalam tahap pembicaraan dengan Departemen Pertanian AS.
Dalam uji coba yang dilakukan, data Zoentis mengatakan bahwa kucing dan anjing memiliki respons kekebalan yang signifikan. Namun, belum diketahui secara pasti apakah hal tersebut cukup kuat untuk mencegah infeksi virus corona atau tidak.
ADVERTISEMENT