Kabar Corona Dunia: Kasus Positif Tembus 300 Juta, Rawat Inap di AS Melonjak

9 Januari 2022 8:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga memakai masker saat berjalan di Hollywood Blvd, Los Angeles, California, Amerika Serikat.  Foto: Mario Anzuoni/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga memakai masker saat berjalan di Hollywood Blvd, Los Angeles, California, Amerika Serikat. Foto: Mario Anzuoni/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 di dunia belum akan berakhir dalam waktu dekat. Apalagi, situasi pandemi tengah dihantui dengan merebaknya varian Omicron yang lebih cepat menular ketimbang varian lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah kasus yang drastis, setidaknya pada pekan pertama tahun 2022. Catatan AFP melaporkan, terjadi penambahan rata-rata dua juta kasus positif COVID-19 per harinya terhitung 1-7 Januari 2022.
Jumlah kasus global ini telah melonjak hingga 270 persen sejak varian Omicron ini ditemukan pada akhir November 2022.
Berbagai penanganan pandemi corona masih dilakukan banyak negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Berikut kumparan rangkum berbagai kabar corona dunia yang terjadi Sabtu (8/1) kemarin.

Kasus COVID-19 Dunia Tembus 300 Juta

Jumlah total kasus COVID-19 di seluruh dunia pada Sabtu (8/1/2022) WIB menembus 300 juta. Tercapainya jumlah ini mengingat dunia sedang dihantam pandemi corona varian Omicron.
Dalam tujuh hari terakhir, penambahan kasus COVID-19 di 34 negara memecahkan rekor harian akibat varian Omicron. Negara yang mengalami lonjakan kasus harian termasuk 18 di Eropa dan tujuh di Afrika.
ADVERTISEMENT
Varian Omicron juga memicu kenaikan kasus di dunia sebesar 64 persen pada pekan lalu. Meski demikian, rata-rata kematian karena corona secara global turun 3 persen.

WHO Minta Jangan Anggap Remeh Omicron

Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
Data soal Omicron tidak lebih berbahaya atau mematikan, menjadi perhatian WHO. Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, meminta warga dunia tak meremehkan Omicron.
"Omicron tak boleh dikategorikan ringan karena itu bisa membuat orang dirawat dan membunuh," ucap Tedros seperti dikutip dari AFP.
"Faktanya, tsunami kasus begitu besar dan cepat, ini bisa membuat sistem kesehatan di seluruh dunia kewalahan," lanjut dia.

Tingkat Rawat Inap Kasus COVID-19 di AS Melonjak

Tingkat rawat inap di Amerika Serikat melonjak akibat menyebarnya virus corona varian Omicron. Penambahan rawat inap bahkan diprediksi segera melewati rekor pada Januari 2021 lalu.
ADVERTISEMENT
Pada Kamis (6/1) total penambahan kasus COVID-19 di AS mencapai 662 ribu. Seiring itu, AS melaporkan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mendekati angka 123 ribu.
Staf medis merawat pasien penyakit virus corona (COVID-19) di ruang isolasi mereka di Unit Perawatan Intensif (ICU) di Rumah Sakit Western Reserve di Air Terjun Cuyahoga, Ohio, AS. Foto: REUTERS/Shannon Stapleton
Perhitungan tingkat rawat inap saat ini sudah mendekati rekor sebelumnya yaitu 132 ribu pada 2021 lalu.
Melonjaknya tingkat rawat inap membuat rumah sakit di AS mulai kewalahan. Hal ini disebabkan, banyak perawat dan petugas medis yang juga terinfeksi Omicron.
"Ada banyak kekuatan yang berkontribusi pada tantangan kita hadapi saat ini. Saya katakan ini bukan suatu keputusasaan lebih ke kelelahan," ucap Kepala Petugas Medis Penn State Health di Pennsylvania seperti dikutip dari Reuters.

Hoaxbuster: Vaksin mRNA Penyebab Kenaikan Kasus Varian Omicron

Beredar klaim terkait hasil penelitian yang menyatakan bahwa vaksin mRNA COVID-19 meningkatkan kemungkinan infeksi varian baru Omicron. Disebut ilmuwan yang pertama kali menemukan hasil penelitian tersebut berasal dari Denmark.
ADVERTISEMENT
Astaga. Studi ini menunjukkan bahwa tiga bulan efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna terhadap Omicron sebenarnya negatif. Penerima Pfizer 76,5% dan Moderna 39,3% lebih berpotensi terinfeksi daripada orang yang tidak divaksinasi,” tulis cuitan tersebut.
Studi yang dirujuk dalam tweet tersebut dibuat para peneliti Denmark pada 22 Desember 2021 ke medRxiv, sebuah platform online untuk laporan awal studi.
MedRxiv memperingatkan bahwa studi di situsnya tidak bisa diandalkan untuk memandu praktik klinis atau perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Studi tersebut bertujuan untuk menentukan efektivitas suntikan Pfizer dan Moderna terhadap varian Omicron hingga lima bulan setelah vaksinasi penuh.
Ia menemukan perlindungan terhadap infeksi dengan varian Omicron, tetapi efektivitas vaksin secara signifikan lebih rendah ketimbang infeksi Delta dan menurun beberapa bulan.
ADVERTISEMENT
Disebutkan, efektivitas dapat kembali setelah dilakukan vaksinasi tambahan atau booster. Sehingga maksud temuan mereka menyoroti perlunya vaksinasi dua dosis dan vaksinasi booster.

Hoaxbuster: Kabar Betty White Meninggal setelah Disuntik Vaksin Ketiga COVID-19

Aktris Betty White. Foto: Reuters
Beredar kabar di media sosial terkait aktris senior peraih Emmy Award, Betty White, yang meninggal dunia. Dikabarkan White tutup usia beberapa hari usai mendapat suntikan ketiga vaksin COVID-19.
“Suntikan ketiga itu penyebabnya. Ia mendapat booster pada 28 Desember dan meninggal 31 Desember. Mendapat vaksin seperti bermain Russian Roulette,” tulis pengunggah kabar itu di akun Facebooknya.
White dikonfirmasi meninggal di usia yang ke 99. Pihak keluarga menegaskan penyebab kematian White bukan karena vaksin COVID-19. Ia bahkan tidak menerima suntikan ketiga seperti yang diklaim pengguna media sosial tersebut.
ADVERTISEMENT
“Betty White tidak menerima suntikan booster pada 28 Desember, siapa pun yang mau membaca dan mencari tahu pasti memahami kabar itu sebagai berita hoaks,” ungkap Jeff Witjas, kerabat White, dikutip dari AFP.