Kabar Corona Dunia: Prediksi WHO soal Varian Delta; Prancis Perketat Prokes

22 Juli 2021 8:30 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mural yang menggambarkan pejuang garis depan virus corona yang digambar di dinding tempat pembuangan sampah di New Delhi, India. Foto: Sajjad Hussain/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Mural yang menggambarkan pejuang garis depan virus corona yang digambar di dinding tempat pembuangan sampah di New Delhi, India. Foto: Sajjad Hussain/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi virus corona belum berakhir. Masih ada peningkatan kasus diberbagai belahan dunia.
ADVERTISEMENT
kumparan merangkum kabar baik corona pada Senin (21/7). Mulai dari WHO memprediksi varian Delta bakal menjadi varian virus corona paling dominan dalam beberapa bulan mendatang hingga Prancis perketat prokes corona.
Seperti apa beritanya, berikut rangkumannya;
Pandemi COVID-19 Sebabkan Angka Harapan Hidup AS Turun 1,5 Tahun
Angka harapan hidup secara keseluruhan di Amerika Serikat merosot hingga 1,5 tahun pada 2020. Penurunan ini merupakan yang terbesar sejak Perang Dunia II pada tahun 1945 silam.
Tetapi, penurunan angka harapan hidup warga kulit hitam dan hispanik di AS jauh lebih besar lagi, yakni 3 tahun.
Korban meninggal virus corona di Amerika Serikat Foto: Reuters/Rick Wilking
Angka harapan hidup adalah estimasi dari rata-rata jumlah tahun atau waktu hidup seseorang yang dilihat dari tahun kelahiran.
Dikutip dari Aljazeera, selama berdekade lamanya, angka harapan hidup AS terbilang tinggi. Pada tahun 2019, estimasinya mencapai 78 tahun 10 bulan.
ADVERTISEMENT
Tetapi pada 2020, angka tersebut merosot menjadi 77 tahun 4 bulan. Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh pandemi COVID-19. Menurut ahli kesehatan AS, 74% dari penurunan angka harapan hidup disebabkan oleh virus corona.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkapkan, lebih dari 3,3 juta warga AS meninggal dunia tahun lalu. Angka itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah AS, dengan COVID-19 menyumbang sekitar 11% dari kematian itu.
Sementara, angka harapan hidup warga kulit hitam AS merosot drastis. Penurunan ini merupakan yang paling buruk sejak Depresi Hebat atau Krisis Malaise pada pertengahan pada 1930 silam.
Komunitas Asia-Amerika dalam acara solidaritas meningkatnya serangan terhadap komunitas tersebut sejak awal pandemi virus Corona setahun yang lalu, di Philadelphia, Pennsylvania, AS, (17/3). Foto: RACHEL WISNIEWSKI/REUTERS
Sementara, sepanjang 15 tahun pencatatan angka harapan hidup warga Hispanik AS, penurunan pada 2020 juga merupakan yang terendah.
ADVERTISEMENT
Tetapi, COVID-19 bukan sepenuhnya dalang dari penurunan tersebut.
“Overdosis obat-obatan menekan angka harapan hidup, terutama pada orang-orang kulit putih. Sedangkan meningkatnya pembunuhan menjadi alasan yang kecil namun signifikan pada penurunan angka harapan hidup warga kulit hitam Amerika,” ujar Peneliti Statistik CDC, Elizabeth Arias.
Masalah-masalah lainnya yang berdampak besar pada kesehatan warga kulit hitam dan Hispanik meliputi akses layanan kesehatan yang buruk, kondisi permukiman yang lebih padat, dan pekerjaan berupah rendah yang memaksa mereka untuk tetap bekerja di tengah pandemi COVID-19.
Angka ini merupakan sorotan statistik yang sangat penting dalam menggambarkan kesehatan suatu negara, yang dapat dipengaruhi oleh tren berkelanjutan, seperti obesitas, dan juga ancaman sementara seperti pandemi atau perang.
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
WHO: Varian Delta Akan Jadi Paling Dominan Beberapa Bulan ke Depan
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi varian Delta bakal menjadi varian virus corona paling dominan dalam beberapa bulan mendatang.
Varian Delta lahir di India saat negara ini mengalami tsunami COVID-19 beberapa bulan lalu. Varian tersebut lebih menular dan mematikan dibanding varian lain.
Laporan terbaru WHO, varian Delta sudah terdeteksi di 124 wilayah di dunia. Jumlah itu bertambah 13 dari pekan lalu.
"Diperkirakan (varian Delta) itu akan dengan cepat mengungguli varian lain dan menjadi yang paling dominan dalam sirkulasi peredaran beberapa bulan ke depan," kata laporan epidemiologi terbaru WHO seperti dikutip dari AFP.
WHO menambahkan, selain varian Delta ada tiga varian lainnya yang penyebaran cukup mengkhawatirkan di dunia.
Varian Alpha yang lahir di Inggris kini menyebar di 180 wilayah dunia. Sedangkan varian Beta dari Afsel terdeteksi di 130 wilayah.
ADVERTISEMENT
Sementara itu varian Gamma dari Brasil berada di 78 negara dunia.
Untuk varian Delta sendiri, penyebaran di beberapa negara sangat memprihatinkan. Sebab, 75 persen kasus di negara-negara itu adalah varian Delta.
Negara yang mayoritas kasus infeksi corona adalah varian Delta yaitu: Australia, Bangladesh, Botswana, Inggris, China, Denmark, India, Indonesia, Israel, Portugal, Rusia, Singapura, dan Afrika Selatan.
Pengunjung antre untuk pengecekan paspor kesehatan sebelum memasuki Museum Louvre di Paris, Prancis. Foto: Sarah Meyssonnier/Reuters
Prancis Perketat Prokes Corona, Wajibkan Paspor Kesehatan di Museum dan Bioskop
Para pengunjung museum, bioskop, dan kolam renang di Prancis kini wajib mempersiapkan paspor kesehatan sebelum bertolak ke tempat tujuan. Mereka yang tidak membawa, tak akan diizinkan masuk.
Paspor kesehatan yang dimaksud adalah kode QR atau dokumen cetak yang berisi sertifikat vaksinasi COVID-19 atau hasil negatif tes corona.
ADVERTISEMENT
Kebijakan yang berlaku efektif mulai Rabu (21/7) di seluruh Prancis itu mengejutkan masyarakat Prancis, karena dianggap terlalu mendadak.
“Saya sangat marah… saya tidak tahu soal peraturan itu,” ujar Nelly Breton, seorang warga Prancis yang tak diizinkan masuk ke Museum Louvre, Kota Paris.
“Tetapi setelah itu, saya menenangkan diri saya dan memahami adanya alasan kesehatan di balik ini,” lanjut dia, seperti dikutip dari Reuters.
Kepala Keamanan Museum Louvre, Servane de Landsheer, mengatakan, situasi pemeriksaan paspor pada hari pertama berjalan dengan baik. Sebagian besar pengunjung telah mempersiapkan dokumen mereka, dan mereka yang tidak membawa bersedia untuk dites corona.
Dengan adanya kebijakan baru ini, para pemegang paspor dapat melepas masker begitu mereka masuk ke ruangan, kecuali para pemilik atau pelaku usaha menerapkan kebijakan yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Paspor ini sebelumnya hanya diperlukan untuk memasuki festival berskala besar atau untuk memasuki klub malam.
Tetapi mulai bulan Agustus, warga akan diwajibkan membawa paspor ini untuk masuk ke restoran dan bar, serta sebagai persyaratan perjalanan kereta jarak jauh dan penerbangan.
Pemerintah Prancis memperketat prokes mereka ini untuk menekan laju penularan virus yang tengah melonjak secara signifikan.
Keputusan ini diambil oleh Perdana Menteri Jean Castex usai Prancis mencatat penambahan kasus harian hingga 18 ribu pada Senin (21/7).
Cara ini juga dianggap efektif untuk mengajak warga Prancis agar mau divaksinasi.
Tetapi, demonstrasi warga Prancis yang menolak kebijakan ini tak terbendung. Pada akhir pekan lalu, lebih dari 100 ribu orang di penjuru Prancis memprotes aturan yang dianggap melanggar kebebasan mereka ini.
Pemotongan hewan kurban saat Idul Adha di Dhaka, Bangladesh Rabu (21/7). Foto: Munir Uz zaman/AFP
Lockdown Dicabut Saat Idul Adha, Bangladesh di Ambang Ledakan COVID-19
ADVERTISEMENT
Puluhan juta warga Bangladesh ramai-ramai mengabaikan peringatan COVID-19. Padahal, negara mereka masuk ke dalam wilayah rentan penyebaran COVID-19.
Selama sepakan warga Bangladesh diizinkan untuk hidup normal tanpa batasan. Pemerintah memutuskan mencabut lockdown untuk memperingati Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Rabu (21/7/2021) di Bangladesh.
Kebijakan tersebut tak disia-siakan warga Bangladesh. Sebab, Idul Adha adalah salah satu hari raya Muslim terbesar di negara berpenduduk 169 juta orang itu.
Warga ramai-ramai meninggalkan ibu kota Dhaka. Mereka mudik demi merayakan Idul Adha bersama sanak saudara di kampung halaman.
Sedangkan yang berada di Dhaka, saat Idul Adha tiba tumpah ruah di jalanan. Warga juga berkerumun untuk salat di dalam masjid ataupun di luar ruangan.
ADVERTISEMENT
Di Dhaka, warga sama sekali terlihat tidak menjalankan protokol kesehatan. Warga berpelukan satu sama lain sambil berkerumun melihat penyembelihan hewan kurban.
Jubir Kementerian Peternakan Bangladesh, ftekhar Hossain, mengatakan pemerintah memfasilitasi penyembelihan dan penjualan hewan kurban.
"Tahun ini rekor tercipta ada 11,9 juta sapi, kambing, kerbau dan domba yang disembelih," kata Hossain seperti dikutip dari AFP.
Laporan kantor berita AFP,Pemerintah Bangladesh memang sengaja mencabut lockdown jelang Idul Adha. Pelaksanaan Idul Adha adalah salah satu pendorong gairah ekonomi di Bangladesh.
Untuk tahun ini saja, hasil penjualan seluruh hewan kurban mencapai USD 10 miliar atau setara Rp 145,4 triliun.
Salah satu peternak hewan kurban, Mohammad Ali, menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah. Pasalnya, dengan pencabutan lockdown maka ia dapat membawa hewan kurban miliknya untuk dijual di ibu kota negara, Dhaka.
ADVERTISEMENT
"Tahun lalu kami mengalami kesulitan karena lockdown. Tahun ini, bila lockdown tak dicabut, kami dan keluarga akan mulai mati kelaparan," ujar Ali.
Keputusan mencabut lockdown membuat ahli medis di Bangladesh kecewa. Menurut salah satu ahli medis ternama di Bangladesh, Be-Nazir Ahmed, kondisi pandemi COVID-19 di negaranya masih dalam status gawat.
"Saat ini tempat tidur (di rumah sakit), ICU sudah langka. Tenaga medis kami kelelahan," ucap Ahmed kepada Associated Press.
"Bila keadaan memburuk dan makin banyak pasien datang ke rumah sakit, hampir mustahil untuk mengendalikan krisis," sambung dia.
Saat ini terdapat 1.128.889 kasus COVID-19 di Bangladesh. Sebanyak 18.325 di antaranya meninggal dunia.
Orang-orang menunggu stok masker pelindung di apotek di Singapura. Foto: REUTERS/Feline Lim
Tren Kasus COVID-19 Singapura: Melonjak 569% Dalam Sepekan
Lonjakan kasus corona yang sangat signifikan dialami oleh Singapura dalam sepekan terakhir. Peningkatan pasien positif ini disebabkan oleh dua klaster besar, yaitu klaster Pelabuhan Perikanan Jurong dan klaster tempat karaoke (KTV).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Singapura berhasil mengendalikan pandemi COVID-19 lewat ketatnya pembatasan kegiatan dan izin masuk perbatasan negara, kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan, serta percepatan vaksinasi.
Bahkan mereka sempat melonggarkan sejumlah kebijakan pembatasan ketat akibat rendahnya kasus dan tingginya vaksinasi.
Tetapi, kecepatan transmisi varian Delta membuat segalanya berubah. Hanya dalam kurun waktu beberapa hari, dua klaster besar tumbuh dan menyebabkan tren peningkatan kasus mencapai di atas 500%.
Dikutip dari data yang dihimpun oleh Worldometers.info, dalam sepekan terakhir, Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) melaporkan total 696 kasus COVID-19. Sementara dalam satu pekan sebelumnya, total kasus terhitung hanya 104 infeksi.
Terjadi peningkatan hingga 592 kasus hanya dalam kurun waktu satu pekan. Berarti, tren kasus Singapura melonjak hingga 569%.
ADVERTISEMENT
Namun, kasus kematian akibat corona dalam sepekan terakhir masih sama dengan sebelumnya: 0 kematian. Kasus kematian terakhir di Singapura terjadi pada 26 Juni 2021, yaitu seorang lansia berusia 84 tahun.
Dari situs resmi MOH Singapura moh.gov.sg, per Selasa (20/7), tercatat penambahan kasus harian corona sebanyak 13 kasus impor dan 182 kasus transmisi lokal. Sebanyak 142 di antaranya berkaitan dengan klaster Jurong, 14 lainnya dengan klaster KTV, dan 26 lainnya masih belum ditemukan keterkaitan dengan kasus ataupun klaster lain.
Data MOH menyatakan, saat ini terdapat 861 kasus aktif dengan rincian 529 pasien diisolasi di pusat isolasi komunitas, 331 dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil, dan 1 orang dirawat dalam kondisi kritis.
Pasien terinfeksi virus corona mendapat perawatan di Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), New Delhi, India. Foto: Danish Siddiqui/REUTERS
Bertambah Hampir 4.000 Jiwa, Kematian COVID-19 di India Kembali Melonjak
ADVERTISEMENT
Lonjakan kematian akibat COVID-19 di India kembali terjadi. Pada Rabu (21/7/2021), India melaporkan 3998 kematian baru.
Penambahan hampir 4000 jiwa itu merupakan yang terbesar sejak 12 Juni 2021. Kini total korban jiwa akibat COVID-19 di India mencapai 418.480.
Sejak awal Juli, tren kematian terkait corona di India mengalami penurunan. Rata-rata penambahan harian sebanyak tiga digit.
Selain penambahan korban jiwa, di waktu yang sama Kementerian Kesehatan India melaporkan 42.015 kasus baru. Kini, total kasus corona di India sebanyak 31,22 juta.
Beberapa ahli medis di India menduga laporan pemerintah berbeda dengan fakta di lapangan. Mereka yakin jumlah kasus dan kematian terkait virus corona di India 10 kali lebih besar dari data resmi pemerintah.
ADVERTISEMENT