Kades Bantah Bantuan Pakaian Bencana Marapi Disebut Tak Layak: Kami Bersyukur

28 Mei 2024 1:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana usai banjir lahar dingin Gunung Marapi di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (15/5/2024). Foto: Jonathan Devin/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana usai banjir lahar dingin Gunung Marapi di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (15/5/2024). Foto: Jonathan Devin/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beredar video tumpukan pakaian donasi untuk korban banjir lahar dingin Gunung Marapi, tepatnya di wilayah Nagari Prambahan, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar. Dalam video yang beredar di media sosial itu, si perekam membuat narasi pakaian bekas yang didonasikan tak layak pakai dan membuat warga enggan memakainya.
ADVERTISEMENT
"Sampah pakaian bekas sudah menggunung. Kalau mau ngasih pakaian bekas, boleh. Tapi tolong yang layak pakai. Yang tidak layak pakai mereka juga tidak mau pakai," ucap si pembuat video.
Video yang belakangan diketahui dibuat oleh seseorang bernama Dedet Sugia ini menimbulkan polemik dan membuat warga Nagari Parambahan protes. Wali Nagari atau Kepala Desa Parambahan, Robi Yasdi, menyebut pembuatan video bukan warganya.
Robi juga membantah jika warganya tak mau menerima pakaian bekas tersebut. Warga sekitar hanya memilah pakaian yang pas ukurannya.
"Itu dipilih sesuai badan, bukan pilih karena tak layak," tutur Robi saat dihubungi kumparan, Senin (27/5).
Ilustrasi mendonasikan pakaian dan memilih yang sudah tidak lagi dipakai. Foto: Helen Babanova/Shutterstock
Pembuat video, kata Robi, saat ini sudah menyampaikan klarifikasi dan meminta maaf. Ia menyayangkan opini yang digiring oleh perekam video yang seakan-akan membuat warganya terlihat tak bersyukur dengan bantuan yang diberikan.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat tersinggung. Tapi video sudah beredar, apa boleh buat. Dia sudah konfirmasi ke saya, dan meminta maaf ke perangkat desa. Warga sangat bersyukur [dengan bantuan yang diberikan]. Bahkan warga sampai malam pilih-pilih pakaian itu yang sesuai badannya," tutur Robi.
Sisa pakaian yang tidak dipilih karena ukurannya tak sesuai dimasukkan lagi ke karung dan diletakkan di samping posko. Robi kembali menegaskan, pakaian yang tak dipilih bukan karena kelayakannya, melainkan karena ukurannya tak pas.
"Pakaian ini bisa dikatakan layak. Tapi namanya tidak sesuai ukuran, tentu dipilih-pilih warga," tegasnya.
Ia juga mengungkapkan pihaknya dan warga sekitar memilih untuk tidak membawa kasus ini ke jalur hukum. Ia meminta masyarakat luas saja yang menilai soal penggiringan opini yang dilakukan si pembuat video.
ADVERTISEMENT
“Ini sudah terjadi. Biarkan masyarakat menilai. Tidak ada niat melaporkan. Ini karena salah penyampaian saja,” pungkasnya.