Kala Jubir Anies dan Prabowo Debat 'Panas' soal Food Estate di Diskusi CSIS

2 November 2023 12:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
Foto udara areal lumbung pangan nasional 'food estate' komoditas singkong di Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Foto: Makna Zaezar/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara areal lumbung pangan nasional 'food estate' komoditas singkong di Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Foto: Makna Zaezar/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menggelar diskusi dengan tema 'pandangan pasangan capres/cawapres dalam isu lingkungan dan perubahan iklim di Pemilu 2024'.
ADVERTISEMENT
CISC menghadirkan sejumlah narasumber yakni jubir Anies Baswedan, Surya Tjandra dan jubir Prabowo Subianto Dahnil Anzar Simanjuntak.
Surya Tjandra sempat menyinggung program food estate dalam diskusi. Pria yang pernah menjabat Wamen ATR/BPN ini menjelaskan, mestinya arah food estate menanam beras yang rendah karbon plus tahan iklim.
"Kan berarti somehow bisa nyerap karbon juga, sedikitlah paling tidak dibanding hutan tentunya, jauh. Tapi kalau food estatenya apa yang dijadikan target oleh pemerintah sekarang ini kan tapioka," kata Surya.
Diskusi pandangan pasangan capres/cawapres dalam isu lingkungan dan perubahan iklim oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Kamis (2/11/2023). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Eks Politikus PSI ini menyoroti tapioka yang banyak ditanam dalam food estate. Menurutnya tapioka memiliki kekurangan yakni tidak bisa langsung dikonsumsi. Meski memiliki ukuran yang besar, tapi rasa tapioka pahit.
"Rasanya pahit, memang besar-besar singkongnya segede paha tapi pahit rasanya jadi enggak bisa langsung dimakan. Kenapa enggak food estate beras gitu misalnya? Kenapa enggak mikirin soal itu? Saya melihat barangkali memang ingin ada perluasan lokasi food estate," ucap Surya Tjandra.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, politikus NasDem ini menyinggung food estatenya yang banyak mengambil lokasi dari hutan. Hutan dibabat dan dijadikan lokasi penanaman.
"Masalahnya kayunya ke mana? Karena tadinya kan ada kayu. Nah food estatenya enggak jadi, kayunya hilang juga. Bagaimana menjelaskan itu? Saya kira hal-hal ini yang menjadi penting," kata Surya.
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menhan Prabowo Subianto meninjau lahan yang akan dijadikan Food Estate atau lumbung pangan baru di Kapuas, Kalteng. Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

Dahnil Tanggapi Santai: Prabowo Sudah Biasa Diserang

Dahnil kemudian menanggapi kritik dari Surya terhadap proyek food estate. Pertama-tama, ia menekankan soal pandangan Prabowo tentang swasembada pangan. Ia mengatakan, Prabowo selalu bicara soal swasembada energi, air secara konsisten.
"Ketika beliau jadi Menteri Pertahanan hal itu juga yang dilakukan selain tentu kebijakan-kebijakan militer. Kebijakan-kebijakan nirmiliter itu didorong melalui agenda-agenda swasembada energi dan air," kata Dahnil.
Eks Ketum Pemuda Muhammadiyah ini menjelaskan, di Universitas Pertahanan, Prabowo menugaskan secara spesifik membentuk tim khusus untuk mencari ratusan titik-titik air baru di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Dan belakangan ini titik-titik air ini telah ditemukan, telah diresmikan sudah dibangun dan menyediakan air-air di daerah yang memiliki kelangkaan air," jelas dia.
Ilustrasi food estate. Foto: Dok. Kementan
Oleh sebab itu, Dahnil berpendapat masalah swasembada pangan yang selama ini digaungkan dan diinginkan Prabowo sudah bukan sekadar visi misi.
"Nah kebijakan isu lingkungan juga dikaitkan dengan upaya merevitalisasi pertanian kita, karena berangkat dari kekhawatiran krisis pangan, industrialisasi yang dibangun di indonesia ini kadang melupakan sektor primer ang menjadi core bisnis kita yaitu pertanian," kata Dahnil.
Oleh sebab itu, Dahnil mengatakan revitalisasi pertanian menjadi penting. Ia pun memaklumi jika masalah food estate akan dipersoalkan oleh lawan politik Pranowo.
"Tadi dikritik oleh pasangan Anies-imin, beliau di CSIS sudah mulai nyerang, tapi Prabowo itu biasa diserang, jadi enggak apa-apa," kata dia.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, Dahnil menegaskan, memang benar dalam proyek food estate pihaknya banyak menanam tapioka, singkong. Ia membeberkan alasannya.
"Karena yang dikerjakan oleh Menhan Pak Prabowo itu kami sebutnya sebagai cadangan logistik strategis. Bahasa yang digunakan di Kemenhan itu adalah cadangan logistik strategis. Fokusnya pada singkong memang," kata dia.
Eks Mentan Syahrul Yasin Limpo menuju mobil tahanan usai dihadirkan dalam konferensi pers KPK. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dahnil juga menolak jika food estate dianggap sebagai program gagal. Sebab hingga saat ini program ini masih berjalan.
"Apakah program ini yang didorong Presiden Jokowi gagal? Belum, program ini dalam proses, kalau kemudian dalam program ada yang belum selesai, itu belum bukan bermakna gagal, tapi masih berproses bahkan baru dikerjakan selama satu tahun ini," jelas Dahnil.
"Nah food estate ini melingkupi semua kementerian, dan Pak Prabowo hanya fokus di cadangan logistik strategis, nah food estate dikerjakan leading sektor kalau bicara beras mas surya, itu leading sektornya ya Menteri Pertanian, yang sekarang jadi tersangka, dari Partai NasDem mas," tutup dia.
ADVERTISEMENT