Kala Odong-odong Jadi Andalan Warga Muara Angke di Tengah Banjir Rob
6 November 2025 11:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
Kala Odong-odong Jadi Andalan Warga Muara Angke di Tengah Banjir Rob
Banjir rob jadi pemandangan lumrah bagi warga Muara Angke tiap musim hujan. Angkot odong-odong jadi moda transportasi andalan mengantarkan warga beraktivitas.kumparanNEWS

ADVERTISEMENT
Jalan Dermaga Ujung Dua, Muara Angke, Jakarta Utara, salah satu kawasan langganan banjir rob, menyisakan genangan setinggi mata kaki. Permukaan jalan yang baru ditinggikan tak lagi terendam air asin seperti dulu.
ADVERTISEMENT
Namun, aroma khas laut bercampur lumpur masih menusuk, menandakan jejak banjir rob belum sepenuhnya pergi.
Di antara deretan bangunan yang berdempetan, sebagian rumah dan warung masih berdiri lebih rendah dari badan jalan masih jadi langganan air pasang tiap kali rob datang.
“Kalau jalan sudah nggak banjir,” kata Yudi, pemilik warung kopi kecil di tepi jalan saat ditemui kumparan, Kamis (6/11).
Tangannya sibuk menyeka meja yang baru saja dibersihkan. Namun genangan di kolong warungnya masih tampak mengendap.
“Ya, kita bangunan-bangunan yang belum tinggi masih kena (banjir). Itu lihat air juga udah mulai naik,” lanjutnya sambil menunjuk ke arah selokan kecil di sisi warung yang sudah tampak beriak oleh air pasang.
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI Jakarta sebelumnya melansir peringatan potensi banjir rob pada 6-9 November. Rob ini bersamaan dengan munculnya Supermoon atau Bulan Purnama yang memperkuat fenomena Pasang Air Laut Maksimum (Pasang Perigee-Syzygy), yang menjadi pemicu utama banjir rob.
Yudi sudah hafal betul watak rob di lingkungannya. Sebelum jalan ditinggikan dan tanggul di belakang diselesaikan, katanya, air bisa naik sampai ke dalam warung.
“Iya sampe dalem, ini dari air dalem WC naik dia. Dulu mah sebelum jalan dinaikin sampe meja,” ujarnya.
Kini, meski tidak separah dulu, air tetap saja menyelinap dari celah-celah bawah bangunan.
“Ya tetep tinggi sih, tapi nggak separah dulu soalnya di belakang kan masih ada tanggul. Capek aja beres-beresnya, banjir mulu,” keluhnya.
ADVERTISEMENT
Ia berencana meninggikan bangunan warungnya agar sejajar dengan jalan.
“Rencananya memang mau dikeruk dulu itu di depan terus ditinggiin, cuma kan butuh berapa kolbak (mobil bak terbuka), tuh, buat tanah sama puingnya,” katanya.
Menurutnya, rob sudah jarang menyentuh badan jalan utama. “Udah nggak, udah ditinggiin. Ya paling emang di gang-gang kalau rob sama bangunan-bangunan yang belum ditinggiin,” tutur Yudi.
Andalkan Angkot Odong-odong
Beberapa meter dari warung Yudi, Awan, sopir angkot odong-odong, sedang menunggu penumpang di tepi jalan. Kendaraannya yang berwarna cerah berhenti di dekat tikungan, tempat ia biasa ngetem.
Odong-odong hasil modifikasi itu tak memiliki nomor polisi, biasa digunakan transportasi di dalam jalan-jalan di perkampungan.
“Udah jarang banjir sampe jalan kalau di sini, semenjak jalan ditinggiin. Kecuali kalau tanggul jebol tuh, baru banjir tinggi,” ujar Awan sambil memperbaiki atap terpal kendaraannya.
ADVERTISEMENT
Ia bercerita, angkot odong-odong miliknya biasa mengangkut warga dari pelabuhan ke pasar.
“Kalau orang, Rp 3-5 ribu, kalau anak sekolah mah Rp 2 ribuan,” ujarnya sambil tertawa kecil. Kadang ia juga membawa barang pasar atau galon air isi ulang untuk pelanggan langganannya.
Meski banjir rob sudah jarang menggenangi jalan besar, Awan masih sering melihat genangan di permukiman sekitar. “Di sini mah udah nggak banjir pas jalan dinaikin, tapi emang di gang-gang masih tergenang,” katanya.
Saat rob datang, angkot odong-odong miliknya jadi tumpuan warga yang terjebak genangan.
“Iya, pas rob orang-orang biasanya pake ini kalau belum terlalu tinggi,” kenangnya sambil tersenyum.
“Sekarang mah jadi sepi," ucapnya.
Awan sudah tiga tahun jadi sopir odong-odong di kawasan itu. “Kadang di sini, biasanya di tikungan tuh depan,” katanya, menunjukkan arah ke tempat biasa ia menunggu penumpang.
Kini, jalan utama Dermaga Ujung Dua tampak lebih siap menghadapi pasang laut. Namun, di balik badan jalan yang ditinggikan itu, masih ada gang-gang sempit dan bangunan rendah yang masih tergenang rob. Air rob tetap menyusup ke rumah-rumah warga, seolah enggan benar-benar pergi.
ADVERTISEMENT
“Banjirnya udah berkurang, tapi ya tetep aja masih ada aja air naik dari bawah,” kata Yudi, menatap lantai warungnya yang tergenang.
Bagi warga Muara Angke, rob bukan lagi bencana besar, tetapi sudah menjadi pemandangan biasa.
