Kala Jaket Pelampung di Kapal Jadi Bantal

3 Januari 2017 11:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
KM Zahro yang hendak berlayar. (Foto: Ainul Qolbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
KM Zahro yang hendak berlayar. (Foto: Ainul Qolbi/kumparan)
Hari masih pagi, tapi mentari begitu terik. Lebih dari 100 orang sudah memasuki kapal yang bersandar di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara. Mereka siap menyeberang ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu Selatan.
ADVERTISEMENT
Tragedi terbakarnya KM Zahro Express saat berlayar ke Tidung sehari sebelumnya, Minggu di hari pertama tahun 2017, rupanya tak membuat wisatawan mengurungkan niat pergi ke pulau cantik yang berjarak 1 jam 15 menit sampai 2,5 jam dari Jakarta itu.
Tidung, yang terdiri dari Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil dengan “jembatan cinta” menghubungkan keduanya, memang jadi destinasi wisata favorit.
Keindahan pantai Tidung, yang memiliki bentangan laut biru jernih dan langit bersih sepanjang mata memandang, memikat hati banyak orang.
Pulau Tidung di Kepulauan Seribu. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Tidung di Kepulauan Seribu. (Foto: Istimewa)
Perjalanan ke Tidung dapat ditempuh melalui dua lokasi: Pelabuhan Muara Angke dan Dermaga Marina Ancol.
Mereka yang memilih kenyamanan dan kecepatan, dapat menumpang kapal feri cepat Predator dari Dermaga Marina di Ancol.
ADVERTISEMENT
Kapal Predator rute Tidung-Marina Ancol. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Predator rute Tidung-Marina Ancol. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Penumpang yang memilih interaksi sosial intens sepanjang perjalanan, dapat menumpang kapal-kapal kayu yang berlabuh di Muara Angke.
Meski jenis kapal tersebut berbeda, ada kesamaan jelas pada penumpang kedua kapal. Mereka tak patuh terhadap aturan keselamatan. Salah satunya aturan yang mewajibkan penggunaan jaket pelampung (life vest) selama perjalanan.
“Kami sudah mengarahkan dan menegur para penumpang yang membandel dan tidak mematuhi aturan-aturan keselamatan. Tapi gimana ya, tetap saja arahan kami tidak didengarkan,” kata Mustawa, kapten kapal KMP Zahro yang ditumpangi kumparan menuju Tidung dari Muara Angke, Senin (2/1).
KMP Zahro yang satu ini tentu bukan kapal yang sama dengan yang terbakar sehari sebelumnya. Meski memiliki nama serupa, kedua kapal itu beda kelas. Namun pemilik keduanya memang sama.
ADVERTISEMENT
Selintas langsung terlihat jaket pelampung yang disediakan KMP Zahro jauh dari layak. Sebanyak 180 pelampung --sesuai kapasitas maksimal penumpang kapal-- kotor dan tak layak pakai. Tali-tali pengikat bagian sampingnya sudah banyak terlepas, putus, dan hilang. Belum lagi busa dalam pelampung yang sangat keras.
Jaket pelampung di KMP Zahro menuju Pulau Tidung. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jaket pelampung di KMP Zahro menuju Pulau Tidung. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
"Pelampungnya kurang nyaman dipakai. Kotor dan keras," kata Pandu, salah seorang penumpang KMP Zahro.
Alih-alih dipakai semestinya sebagai alat keselamatan, jaket pelampung itu malah difungsikan penumpang sebagai bantal.
Penumpang kapal gunakan pelampung sebagai bantal. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang kapal gunakan pelampung sebagai bantal. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Pagi itu, total penumpang KMP Zahro berjumlah 120 orang. Jumlah jaket pelampung yang 180 unit sesungguhnya amat mencukupi, tapi sayang kondisinya jelek. Tak ada penumpang mau memakainya.
Suasana penumpang duduk di KM Zahro. (Foto:  Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana penumpang duduk di KM Zahro. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Sore hari ketika bertolak dari Tidung untuk kembali menuju Jakarta, kumparan menumpang kapal feri cepat Predator. Lagi-lagi, hal serupa terlihat. Tak ada penumpang mengenakan jaket pelampung meski kondisinya bagus.
ADVERTISEMENT
Total penumpang Predator sore kemarin 155 orang dari kapasitas maksimum 200 orang, dan jaket pelampung yang tersedia 215 unit. Jumlah yang sangat cukup, dengan kondisi pelampung bersih dan lebih nyaman.
Tapi tetap saja, 100 lebih jaket pelampung itu tak dipakai penumpang, malah lagi-lagi dijadikan bantal sepanjang perjalanan oleh beberapa penumpang.
Interior kapal Predator rute Marina Ancol-Tidung. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Interior kapal Predator rute Marina Ancol-Tidung. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
"Kami sengaja menyediakan pelampung lebih banyak dari kapasitas penumpang. Supaya kami, para kru kapal, dan penumpang tidak panik kekurangan pelampung ketika terjadi musibah,” kata Bobby, kru kapal Predator.
Perlengkapan keselamatan kerap tak digubris sampai petaka terjadi.
Sampai kapan kita mau begitu?
AINUL QALBI