Kala Soeharto Kembali Diajukan Jadi Pahlawan Nasional

23 April 2025 6:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden ke-2 Soeharto bersama putri sulungnya Siti Hardijanti atau Tutut menjelang kedatangan Presiden Abdurrahman Wahid, pada 8 Maret 2000. Foto: WEDA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden ke-2 Soeharto bersama putri sulungnya Siti Hardijanti atau Tutut menjelang kedatangan Presiden Abdurrahman Wahid, pada 8 Maret 2000. Foto: WEDA / AFP
ADVERTISEMENT
Usulan pemberian gelar pahlawan terhadap Soeharto digulirkan Ketua MPR RI periode 2019-2024, Bambang Soesatyo (Bamsoet). Dia menilai pemerintah perlu mempertimbangkan Presiden ke-2 RI, Soeharto, untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan Bamsoet saat bersilaturahmi dengan keluarga Soeharto di Kompleks Parlemen, Jakarta, Sabtu (28/9). Usulan itu kemudian berkembang.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf masih mengkaji usulan pemberian gelar pahlawan kepada Presiden ke-2 RI Soeharto. Dia juga sudah mendengar adanya masukan soal rencana pemberian gelar kepada Soeharto.
"Usulan dari masyarakat juga kita ikuti, normatifnya juga kita lalui. Kalau kemudian ada kritik, ada saran, tentu kami dengarkan," kata dia usai menghadiri Halal Bihalal PKB di Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan, pada Minggu (20/4) malam.
Mensos Saifullah Yusuf meninjau Rusunawa Baru Kronong di Kota Probolinggo, Jawa Timur, yang akan digunakan sebagai Sekolah Rakyat, Minggu (13/4/2025). Foto: Dok. Kemensos
Gus Ipul mengatakan, secara prosedur, usulan gelar pahlawan harus dilakukan secara berjenjang mulai dari masyarakat hingga tingkat gubernur. Proses ini juga masih terus dipantau oleh Kemensos.
"Nanti kita sedang proses tentu awalnya adalah masukan dari Gubernur. Gubernur mendapatkan masukan dari Bupati, Wali Kota, yang sebelumnya Bupati dan Wali Kota itu adalah masukan dari masyarakat lewat seminar dan lain sebagainya," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Jika sudah ke Gubernur, maka usulan akan diproses Kementerian Sosial tepatnya di Dirjen Pemberdayaan Sosial. Selanjutnya, Dirjen Pemberdayaan Sosial akan membentuk semacam tim pengkaji yang terdiri dari akademisi, tokoh masyarakat, hingga tokoh agama. Setelah itu, usulan akan kembali dimatangkan lalu difinalisasi dan dikirim ke Dewan Gelar.
"Setelah itu nanti kita matangkan, saya akan mendiskusikan, memfinalisasi, kami tanda tangani, langsung kita kirim ke Dewan Gelar," ujar dia.
Polemik Gelar Pahlawan Soeharto, Muhammadiyah Sarankan Bangun Dialog
Ketua Umum PP Muhamadiyah Haedar Nasir saat dijumpai di Kantor PP Muhamadiyah, Menteng, Jakpus, Kamis (11/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Usulan menjadikan Presiden Ke-2 RI Soeharto sebagai pahlawan nasional tengah jadi polemik. Ada pro maupun kontra atas usulan ini.
"Semuanya harus ada dialog dan titik temu. Perspektif kita menghargai tokoh-tokoh bangsa yang memang punya sisi-sisi yang tidak baik, tetapi juga ada banyak sisi-sisi baiknya," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (22/4).
ADVERTISEMENT
Haedar menarik kembali ke masa lalu. Saat itu usulan gelar pahlawan nasional pada Presiden pertama RI Sukarno juga menimbulkan kontroversi. Sampai akhirnya, Sukarno terlambat diberi gelar pahlawan.
"Padahal beliau adalah tokoh sentral, proklamator, dan lain sebagainya. Ada juga tokoh-tokoh dari kekuatan masyarakat seperti dulu Muhammad Natsir, Buya Hamka, dan seterusnya, yang juga waktu itu sulit untuk diberi penghargaan, tapi akhirnya bisa," katanya.
Maka dari itu, soal hal ini, ke depan perlu dibangun dialog untuk rekonsiliasi.
"Lalu dampak dari kebijakan-kebijakan yang dulu berakibat buruk pada HAM dan lain sebagainya, itu diselesaikan dengan mekanisme ketatanegaraan yang tentu sesuai koridornya," jelasnya.
Istana soal Soeharto Diusulkan jadi Pahlawan Nasional: Wajar, Lihat Prestasinya
Menteri Sekretariat Negara Prasetyo Hadi. Foto: Kementerian Sekretariat Negara
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi buka suara tentang adanya usulan menjadikan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai pahlawan nasional. Ia menilai tidak ada yang salah dengan usulan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurutnya hal yang wajar apabila mantan kepala negara diusulkan jadi pahlawan nasional.
"Saya kira kalau kami merasa bahwa apa salahnya juga? Menurut kami, mantan-mantan presiden itu sudah sewajarnya untuk kita mendapatkan penghormatan dari bangsa dan negara kita," kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (21/4).
Prasetyo meminta agar publik tidak selalu melihat dari sisi kurang, melainkan juga sisi prestasi mantan kepala negara. Menurutnya semua presiden mulai dari era Presiden ke-1 Sukarno hingga Presiden ke-7 Jokowi memiliki jasa besar bagi bangsa.
"Jangan selalu melihat yang kurangnya, kita lihat prestasinya. Sebagaimana bapak presiden selalu menyampaikan bahwa kita itu bisa sampai di sini kan karena prestasi para pendahulu-pendahulu kita," kata Prasetyo.
"Mulai dari Bung Karno dengan segala dinamika dan permasalahan yang dihadapi masing-masing, kemudian Pak Harto, Pak Habibi, dan seterusnya, Gus Dur, Bu Mega, Pak SBY, Pak Jokowi, semua punya jasa," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya mengenai adanya kontra terhadap usulan Soeharto karena dugaan korupsi dan persoalan integritas, Prasetyo menyebut tergantung dari versi apa yang dilihat.
"Ya ini tinggal tergantung versinya yang mana. Kalau ada masalah pasti semua kita ini kan tidak ada juga yang sempurna, pasti kita ini ada kekurangan. Tapi sekali lagi yang tadi saya sampaikan, semangatnya pun bapak presiden bukan di situ," kata Prasetyo.
Titiek Soal Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional: Insyaallah Kejadian
Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) di Kompleks Parlemen, Selasa (22/4/2025). Foto: Haya Syahira/kumparan
Ketua Komisi IV DPR RI sekaligus anak Presiden ke 2 RI Soeharto, Siti Hediyati Hariyadi alias Titiek Soeharto buka suara mengenai wacana pemberian gelar pahlawan untuk ayahnya.
“Ya, alhamdulillah. Insyaallah itu kejadian. Terima kasih sebelumnya kalau memang itu terjadi,” kata Titiek saat ditemui di Kompleks Parlemen, Selasa (22/4).
ADVERTISEMENT
Titiek mengatakan pihak keluarga tidak memaksakan pemerintah untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada ayahnya itu. Namun, ia berterima kasih bila pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkenan untuk memberikan gelar pahlawan.
“Iya, alhamdulillah kalau pemerintah mau berkenan untuk menganugerahkan gelar pahlawan untuk Presiden Soeharto, karena mengingat jasanya begitu besar kepada bangsa negara,” kata Titiek.