Kali ini Tak Ada Pesta Tahun Baru untuk Rohman di Labuan

28 Desember 2018 18:25 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi warung di Labuan (Foto: Fachrul/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warung di Labuan (Foto: Fachrul/kumparan)
ADVERTISEMENT
Momen malam tahun baru biasanya banyak dihabiskan masyarakat dengan menyantap kuliner yang dipanggang seperti ikan, sosis atau ayam. Maka tidak heran jika banyak toko yang mendadak menjual peralatan untuk kegiatan tersebut seperti arang dan tusuk sate.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan Rohman, pedagang sembako di Pasar Labuan, Pandeglang, Banten itu telah menyiapkan 10 karung arang dan ratusan tusuk sate. Setidaknya, untuk arang saja ia telah menghabiskan biaya Rp 500 ribu.
Itu semua disiapkan Rohman untuk wisatawan yang datang berlibur ataupun warga sekitar yang ingin mengisi liburan dengan kegiatan memanggang.
“Tanggal 20an (Desember) udah persiapan di sini (toko). Orang-orang di Jakarta kan udah pada booking hotel ya. Apalagi libur panjang, libur sekolah, kerja juga libur panjang ya,” kata Rohman kepada kumparan, Jumat (28/12).
Situasi dekat pasar Pandeglang pasca tsunami. (Foto: Fachrul Iriwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Situasi dekat pasar Pandeglang pasca tsunami. (Foto: Fachrul Iriwinsyah/kumparan)
Namun, sayang semua yang sudah disiapkan Rohman hilang seketika saat tsunami Selat Sunda menerjang kawasan Pandeglang. Kebetulan toko bapak satu anak ini berada di pinggir sungai yang dekat dengan laut. Dapur dan kamar mandi tokonya hancur terhantam perahu yang terdorong gelombang tsunami.
ADVERTISEMENT
Belum sempat menambal dinding yang roboh, toko Rohman kembali diterpa bencana. Kali ini banjir sepinggang orang dewasa merendam tokonya. Akibatnya barang dagangan Rohman hanyut terbawa air. Salah satunya arang yang telah ia siapkan untuk perayaan tahun baru.
“Sepuluh karung arang. Kan itu ringan gampang hanyut. Tusukannya ada. Itu pada nyangkut,” kata Rohman.
Menurut Rohman untuk arang tersebut ia sudah merugi sekitar Rp 500 ribu. Itu belum termasuk bahan pokok lainnya seperti beras dan terigu yang juga ikut hanyut.
“Totalnya rugi Rp 10 juta. Makanya ini kalau enggak buka, kita makan dari mana,” pungkasnya.