Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kalimantan Tak Kebal Gempa, Aktivitas Sesar Meningkat 3 Kali Lipat
3 Juli 2023 16:12 WIB
·
waktu baca 9 menitSenin, 20 Juni 2023, sekitar pukul 12.43 WIB, gempa 4,6 magnitudo menggetarkan Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Gempa itu berada pada kedalaman 10 kilometer dan berjarak sekitar 320 km dari Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Selang seminggu kemudian, 27 Juni, gempa kembali terjadi di lokasi yang sama. Gempa itu berkekuatan 4 magnitudo dan berada pada kedalaman 10 km. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa tersebut sejenis seperti gempa sepekan sebelumnya.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Sesar atau patahan ialah pergeseran lapisan batuan karena gaya tekan atau gaya tarik kerak bumi. Gempa umum terjadi di sekitar sesar, dan Kalimantan tak lepas dari fenomena alam ini.
Pulau paling aman dari gempa bukan berarti pulau tahan gempa.
Meski Kalimantan tidak termasuk dalam rangkaian cincin gunung api Pasifik (ring of fire), namun sumber gempa bukan hanya aktivitas vulkanik, melainkan pula aktivitas tektonik akibat pergerakan lempeng Bumi.
Bedah Data Historis Gempa Kalimantan
Untuk menguji apakah gempa memang kini lebih sering terjadi di Kalimantan, kumparan mengumpulkan data historis gempa di Indonesia sejak 2010 hingga 2022 dari BMKG. Data-data itu tersebar pada seri Statistik Indonesia yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun. Data-data inilah yang kemudian diolah lebih lanjut.
Berdasarkan analisis data tersebut, terlihat fakta pertama: Kalimantan tak bebas gempa, namun paling sedikit diguncang gempa dibanding pulau-pulau besar lain di Indonesia.
Pulau terbesar kedua di Indonesia itu rata-rata diguncang 12 kali gempa per tahun. Gempa paling banyak terjadi pada tahun 2015, yakni 44 kali.
Analisis data juga memunculkan fakta kedua: Gempa di Kalimantan meningkat belakangan ini.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Balikpapan Rasmid kepada kumparan menyatakan bahwa sesar-sesar di Kalimantan meningkat aktivitasnya dua tahun terakhir.
Padahal, rata-rata gempa di Kalimantan hanya 12 kali per tahun. Artinya, frekuensi gempa tahun ini naik 3 kali lipat dari kondisi biasanya.
Pada gempa-gempa yang terjadi di Kalimantan, 50,93% berkekuatan kecil (<4 magnitudo); 45,34% berkekuatan menengah (4-5 magnitudo); dan hanya 3,73% yang berkekuatan besar (>5 magnitudo).
Secara umum, di seluruh Indonesia selama kurun waktu 1938–2014 terdapat 300 gempa bersifat merusak dengan magnitudo 4,5–9,1.
Dari ratusan gempa berskala merusak tersebut, jumlah terbanyak terjadi pada zona subduksi (tempat tumbukan lempeng bumi) dengan kedalaman dangkal kurang dari 100 kilometer (gempa dangkal).
Uniknya, meski gempa di Kalimantan cenderung tidak merusak, namun mayoritas merupakan merupakan gempa dangkal dengan hiposentrum atau pusat gempa tak sampai 60 km dari permukaan bumi.
Secara teknis, daya rusak gempa dangkal sesungguhnya lebih besar dari gempa dalam karena titik pusat gempa berada dekat dengan permukaan tanah. Akibatnya, energi yang dilepaskan terasa kuat.
Gempa dangkal tersebut berbeda dengan gempa dalam yang relatif lebih lemah. Ini lantaran gelombang seismik gempa dalam harus merambat ratusan kilometer menuju permukaan bumi. Alhasil, daya rusaknya telah melemah begitu tiba di atas tanah.
Menurut United States Geological Survey, sebagian besar gempa memiliki kedalaman dangkal. Sebaran data gempa di Indonesia juga menunjukkan hal serupa, dengan 77,29% gempa merupakan gempa dangkal.
Sesar-Sesar Aktif di Kalimantan
Seperti pulau-pulau besar lain di Indonesia, Kalimantan juga memiliki sejumlah sesar atau patahan aktif. Sesar yang merupakan zona rekahan pada lapisan batuan ini bila bergerak dapat memicu gempa.
Berdasarkan laporan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 yang disusun Pusat Studi Gempa Nasional bekerja sama dengan Pusat Litbang Permukiman Kementerian PUPR, terdapat 3 zona sesar utama yang telah diidentifikasi di Kalimantan, yakni Sesar Tarakan, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Meratus.
Ketiga sesar tersebut memiliki panjang lebih dari 100 km yang berpotensi memicu gempa dengan kekuatan 7 magnitudo.
Sesar Tarakan terdapat di bagian utara Kalimantan, terbentang mulai dari barat Pulau Tarakan terus ke timur di lepas pantai. Sementara Sesar Mangkalihat memanjang mendatar dari Maratua ke Tanjung Mangkalihat di pantai timur Kalimantan. Adapun Sesar Meratus ada di bagian selatan Kalimantan.
Kepala BMKG Tarakan M. Sulam Khilmi pada 2022 sempat menyebut bahwa selain ketiga sesar aktif tersebut, ada pula sesar-sesar lokal lain yang bergerak dan menimbulkan gempa.
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Supartoyo sebelumnya pernah menyinggung soal sesar-sesar lokal di Kalimantan tersebut dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-4 Riset Kebencanaan yang digelar Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di UI, Depok, pada 9 Mei 2017.
Dalam penelitiannya yang kemudian ikut dibukukan IABI pada 2019, Supartoyo menyebut ada 6 sesar aktif di Kalimantan, yakni Sesar Tarakan, Sesar Mangkalihat, Sesar Sangkulirang, Sesar Paternoster, Sesar Adang, dan Sesar Kandawangan. Keenam sesar tersebut seluruhnya aktif.
Sesar Tarakan pada Desember 2015 bergerak dan memicu gempa 6,1 magnitudo yang mengakibatkan kerusakan bangunan pada struktur kuat. Sesar Tarakan juga diduga menjadi penyebab gempa di Pulau Tarakan tahun 1923, 1925, dan 1936.
Sesar Mangkalihat pada 5 Juni 2023 diduga memicu lima gempa beruntun berkekuatan 3,1 sampai 4,4 magnitudo di Bontang dan Kutai Timur. Hari itu, Sesar Mangkalihat bergerak sepanjang 10–20 km.
Dengan gerakan sepanjang 20 km tersebut, getaran gempa masih tertahan di angka 4,4 magnitudo. Namun, bila Sesar Mangkalihat bergerak serempak seluruhnya, maka ia dapat memicu gempa sekuat 7 magnitudo.
Sesar Mangkalihat merupakan terusan dari Sesar Palu Koro di Sulawesi yang menyebabkan gempa dan tsunami di Palu dan Donggala pada 28 September 2018.
Sementara itu, Sesar Sangkulirang belum diteliti jauh riwayat kegempaannya. Namun, pada 14 Mei 1921, gempa besar berkekuatan 6,8 magnitudo yang diikuti tsunami satu meter melanda Sangkulirang di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Gempa ini memakan banyak korban jiwa.
Menurut Rasmid, Sesar Sangkulirang sama dengan Sesar Mangkalihat. Keduanya berada pada satu area dan sama-sama terusan dari Sesar Palu Koro di Sulawesi.
Sesar berikutnya yang disebut Supartoyo ialah Sesar Paternoster yang memanjang dari Selat Makassar ke Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Sesar ini diduga memicu gempa pada 22 November 2009 yang mengakibatkan kerusakan di Paser.
Ada pula Sesar Adang yang membentang dari Kalimantan Barat ke Kalimantan Tengah. Sesar ini belum diketahui sejarah kegempaannya, namun kerap disebut sebagai sesar purba.
Terakhir, Sesar Kandawangan di Kalimantan Barat yang melintas dari pesisir Kandawangan menuju darat. Sesar ini diduga memicu gempa di Kandawangan pada 24 Juni 2016 yang menyebabkan kerusakan bangunan.
Waspada Periode Ulang Tahun Gempa Besar
Sesar Mangkalihat saat ini secara khusus sedang dimonitor oleh BMKG. Sesar ini memiliki laju pergeseran 0,5 milimeter per tahun, dan telah bergerak sepanjang 10–20 km. Sesar ini pula yang memicu rentetan gempa akhir-akhir ini di Kalimantan Timur.
“Skenario terburuknya, bila sesar 100 km itu bergerak semua, maka menurut formulasi, potensi gempa bisa 6,9–7 magnitudo,” ujar Rasmid.
Ia menjelaskan, gempa-gempa kecil yang terjadi beruntun biasanya merupakan gempa pendahuluan dari gempa berskala besar, meski polanya tak selalu sama. Ia pun menyinggung soal periode ulang tahun gempa yang sebaiknya tak diabaikan.
“Gempa kan melepas energi. Ada periode ulang ketika energi tersebut dikeluarkan lagi. Ada formula untuk menghitungnya walau tak tepat sekali. Setidaknya mendekati. Plus minus 5–10 tahun, [periode ulang gempa] itu 100 tahun,” papar Rasmid.
Tepatnya 102 tahun yang lalu, Mei 1921, gempa Sangkulirang berkekuatan 6,8 magnitudo menghantam Kutai Timur disertai tsunami.
Gempa baru-baru ini tak hanya terjadi di Kalimantan Timur, tapi juga di Kalimantan barat seperti Singkawang. Artinya, sesar-sesar di Kalimantan sedang aktif bergerak.
“Sesar Tarakan sekarang sedang menyimpan energi. Sesar Meratus minggu lalu melepas energi di Tabalong Mati (Amuntai, Kalsel) walau hanya 3,6 magnitudo. Jadi tren gempa bumi di Kalimantan memang naik,” ujar Rasmid.
Ia menambahkan, tak ada yang menginginkan gempa besar terjadi, namun BMKG wajib memonitor dan memitigasi.
Sejumlah warga Kalimantan pun belakangan merasakan getaran gempa yang jarang mereka alami. Beberapa warga Mahakam Ulu bahkan awalnya tak mengira guncangan yang mereka rasakan sebagai gempa.
Potensi dan Antisipasi Gempa Kalimantan
Supartoyo meyakini rentetan gempa di Kalimantan tak akan berefek signifikan terhadap IKN, sebab PVMBG sudah mengkaji risiko gempa di area tersebut.
“Sekitar IKN itu tergolong kawasan gempa bumi rendah. Potensi rawan terguncang gempa bumi sekitar IV–V MMI (magnitudo 4–5). Di lokasi yang frekuensi gempanya rendah, dengan mendirikan bangunan yang memperhitungkan faktor kegempaan, insyaallah aman,” ujarnya kepada kumparan, Kamis (29/6).
Secara historis, gempa yang berpusat di IKN memang belum pernah terjadi. Daerah yang kerap dilanda gempa besar di Kalimantan ialah Tarakan di bagian utara.
Tarakan empat kali diguncang gempa besar, yakni pada 19 April 1923 sebesar 7 magnitudo, 14 Februari 1925 sebesar 6–7 magnitudo, 28 Februari 1936 sebesar 6,5 magnitudo, dan 21 Desember 2015 sebesar 6,1 magnitudo dengan 16 kali gempa susulan.
Menurut BMKG, Tarakan memang tergolong lebih rawan karena lokasinya berhadapan dengan sumber gempa megathrust di utara Sulawesi.
Secara umum, ujar Supartoyo, efek guncangan gempa di Kalimantan tidak seberbahaya di pulau-pulau lain karena sesar-sesarnya tidak sepanjang di Jawa.
“Sesar-sesar aktif di Kalimantan tidak terlalu panjang sehingga robekannya tidak sampai membentuk fall surface rupture, yaitu ketika sesar di bawah mencapai permukaan,” jelasnya.
Supartoyo lantas membandingkan dengan gempa bumi di Sulawesi pada 2018 yang deformasinya (perubahan bentuk bumi) sampai ke permukaan, sampai-sampai mampu menggeser tanah hingga 580 cm.
Daftar 14 Gempa di Kalimantan Juni 2023
Sebagai antisipasi, BMKG secara berkala mengecek shelter seismograf (alat pencatat gempa) di Kalimantan; menyiapkan rambu-rambu evakuasi dan sistem peringatan dini; serta mendatangi masyarakat, termasuk murid-murid sekolah, untuk menyosialisasikan langkah-langkah yang perlu diambil bila gempa terjadi.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam kunjungannya ke Kalimantan Timur pada April 2022 juga pernah menyebut akan memperkuat sistem peringatan dini di Kalimantan dengan menambah jumlah sensor accelerometer (untuk merekam percepatan gempa) dan intensity meter (untuk mendeteksi guncangan akibat gempa).
Otorita IKN juga telah menegaskan bahwa IKN dibangun dengan memerhatikan kerawanan bencana dan strategi mitigasinya.