Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kampung Apung, Daratan yang Tenggelam di Ujung Jakarta
25 Desember 2017 13:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Selama 30 tahun banjir membasahi tiang-tiang penyangga rumah warga di Kampung Apung, Cengkareng, Jakarta Barat. Setiap musim hujan datang, warga selalu dihantui genangan air di bawah rumah mereka yang sewaktu-waktu bisa membasahi lantai rumah.
ADVERTISEMENT
Menurut tokoh Kampung Apung, Marjuki (50), kawasan tempat tinggalnya dulu merupakan dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan rindang. Baru sejak tahun 1980 genangan air mulai menghantui kehidupan warga.
“Kampung Teko, nama sebelum disebut Kampung Apung. Dulu ini dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan rindang. Namun, sejak tahun 1980 genangan air mulai muncul tapi masih bisa diserap tanah, hingga pada tahun 1990 genangan air makin parah dan permanen sampai saat ini (2017),” kata Marjuki saat ditemui kumparan (kumparan.com) di Kampung Apung, Senin (25/12).
Dahulu, sebelum hidup di atas genangan air, rumah warga Kampung Apung menapak tanah. Akibat genangan yang tidak kunjung surut, mereka beradaptasi dengan meninggikan rumah dengan tiang-tiang penyangga.

Marzuki menilai penyebab utama Kampung Apung digenangi air karena tata kelola bangunan sekitar yang buruk di Jakarta Barat. Selain itu, dia juga curiga dengan pembangunan yang tidak memperhitungkan dampak lingkungan.
ADVERTISEMENT
“Semenjak adanya pembangunan seperti pabrik dan perumahan ini jadi rendah,” ujarnya.
Saat musim penghujan, banjir pasti menggenangi rumah warga. Bahkan, kata Marzuki, banjir bisa bertahan hingga satu bulan. “Musim kemarau sekalipun, genangan air ini tidak akan surut,” imbuhnya.

Kesulitan yang dialami warga Kampung Apung juga seolah tidak mendapat perhatian pemerintah. Pompa yang pernah difungsikan untuk menyedot air genangan, malah ditarik kembali.
“Pernah dulu pompa air ada, tapi sudah diambil lagi. Pernah juga dibuatkan pompa di Jalan Obor, perbatasan antara Jakut dan Jakbar. Tapi inikan bukan solusi,” kata Marzuki.

Mewakili masyarakat Kampung Apung, Marzuki menyampaikan harapan ratusan keluarga agar pemerintah DKI mau memperhatikan mereka.
“Kita masih menunggu Pak Anies ke mari, dulu (masa gubernur) Pak Jokowi sempat diam-diam ke mari, warga kaget. Kita berharap ada solusi,” harapnya.

ADVERTISEMENT