Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Kampus APMD Yogya Akan Beri Pendampingan Pada Mahasiswi Korban Air Keras
27 Desember 2024 15:23 WIB
·
waktu baca 3 menit![Mahasiswi asal Ketapang yang menjadi korban penyiraman air keras di Yogyakarta. Foto: Instagram @ketapangupdate | Hi Pontianak](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jg3jpacq7x06t607mzqjyg5g.jpg)
ADVERTISEMENT
Sekolah Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa (APMD) Yogyakarta akan memberikan pendampingan kepada Natasya Hutagalung (21 tahun) mahasiswi semester 5 Jurusan Ilmu Pemerintahan APMD yang jadi korban penyiraman air keras yang diotaki mantan pacar.
ADVERTISEMENT
"Yang jelas pihak kampus tetap mendampingi. Mendampingi dalam arti memastikan semua berjalan dengan baik, baik itu kesehatan maupun nanti kalau sudah masuk ke ranah hukum. Sekarang kan sudah masuk ke ranah hukum ya, dua pelaku ditangkap," kata Wakil Ketua III APMD Yogyakarta, Tri Agus Susanto, melalui sambungan telepon, Jumat (27/12).
Secara akademis, Natasya juga tetap akan didampingi kampus ketika sudah membaik dan busa ke kampus. Pendampingan psikologis juga akan diberikan.
"Jadi kita akan memastikan menunggu sampai yang bersangkutan bisa masuk kembali ke kampus," katanya.
"Tetap akan kita dampingi karena itu nanti akan berdampak pada akademik ya, mungkin dia ke kampusnya jadi agak tidak sering dan seterusnya, itu bagian dari pendampingan," bebernya.
ADVERTISEMENT
Soal kondisi Natasya, Tri Agus mengatakan anak didiknya ini mengalami luka di bagian wajah dan tubuh bagian depan.
"Wajah itu nyaris menyeluruh, (luka) di wajah," bebernya.
Latar Belakang Kasus
Dalang kasus ini adalah mantan pacar Natasya yang bernama Belly Villsen (25) mahasiswa S2 Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Belly dan Satim selaku eksekutor kini telah ditangkap polisi.
Belly dan Natasya sama-sama berasal dari Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Keduanya menjalin asmara sejak 2021. Namun pada Agustus 2024 mereka putus. Belly tak terima diputus Natasya berulang kali meminta balikan.
Gelap mata membuat Belly berbuat nekat. Berbekal akun Facebook, dia membuka lowongan kepada siapa saja yang mau bekerja membantunya menyakiti Natasya.
Di lowongan yang dia bagikan di Facebook, Belly berpura-pura menjadi perempuan bernama Senlung yang rumah tangganya dirusak pelakor. Di situ dia kenal dengan Satim, pemuda serabutan asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Satim meminta upah Rp 7 juta untuk aksi penyiraman air keras. Belly menyanggupi namun baru membayar Rp 1,6 juta yang dibayar ke Satim untuk operasional.
Belly yang tak ingin identitasnya diketahui Satim, memberikan uang Rp 1,6 juta secara diam-diam dengan meletakkan di suatu tempat. Uang itu diberikan berkala sebanyak enam kali.
Satim menggunakan uang itu untuk membeli jaket ojol hingga air keras yang dibelinya di kawasan Malioboro.
Segala instruksi kepada Satim dilakukan Belly melalui WhatsApp. Termasuk lokasi Natasya tinggal di kawasan Baciro. Total enam kali sudah Satim menyambangi indekos Natasya dari survei hingga hendak eksekusi. Namun semuanya gagal karena Natasya tak di kos.
Malam eksekusi akhirnya tiba pada 24 Desember. Belly memberi tahu Satim bahwa Natasya akan keluar indekos pada pukul 19.00 karena akan ke gereja untuk beribadah.
ADVERTISEMENT
"Sampai di depan pintu, pintu kos korban itu karena pintunya kos itu agak terbuka, pelaku langsung membuka pintu itu dan melihat si korban itu sedang selesai mandi, menggunakan handuk sedada gini. Langsung tidak ada kata apa-apa langsung disiramkan air keras itu. Dan terkena mukanya dan sekujur tubuh. Kemudian, korban teriak, teriak keras. Akhirnya, pelaku langsung lari," kata Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta Kompol Probo Satrio di kantornya, Kamis (26/12).