Kandidat Pemilu Australia Gaet Suara dari Warga China-Australia lewat WeChat

2 Mei 2025 17:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aplikasi WeChat. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aplikasi WeChat. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Australia akan menggelar pemilu pada Sabtu, 3 Mei besok. Tak hanya pertarungan untuk kursi parlemen, pemilu besok juga jadi pertarungan antara Perdana Menteri Anthony Albanese dari Partai Buruh dan Peter Dutton dari oposisi.
ADVERTISEMENT
Kandidat dari oposisi berusaha menggaet suara dari kelompok penting yang mengalihkan diri dari koalisi konservatif Liberal-Nasional di pemilu sebelumnya. Mereka adalah pemilih China-Australia.
Yang menarik, kandidat oposisi ini mencoba menggaet suara dari platform yang sebelumnya mereka minta dilarang karena kekhawatiran keamanan nasional: media sosial China, WeChat dan RedNote (Xiaohongshu).
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menghadiri sesi pembukaan KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, pada tanggal 18 November 2024. Foto: DANIEL RAMALHO/AFP
Dikutip dari BBC, Jumat (2/5), jajak pendapat yang dilakukan Lowy Institute pada 2022 mengungkapkan 6 dari 10 China-Australia menggunakan WeChat setidaknya satu kali dalam sehari.
Grange Chung yang memperebutkan kursi Reid di New South Wales -- yang dipegang Partai Buruh dengan margin 3,2%, mengatakan dalam sebuah video di WeChat bahwa dia memulai kariernya di angkatan laut untuk membalas budi kepada negara yang menerima keluarganya yang tiba dengan sedikit uang.
Pemimpin Oposisi Australia Peter Dutton berpidato saat rapat parlemen di Australia, Selasa (20/8/2024). Foto: Dok. Istimewa
"Australia memberikan kami rumah. Biarkan saya menyelesaikan apa yang saya mulai," katanya dalam video yang menyertakan dirinya memasang poster kampanye dan berinteraksi dengan pemilih.
ADVERTISEMENT
Meski jumlahnya hanya 5,5% dari populasi Australia, penduduk China-Australia menjadi sosok penting bagi kemenangan Partai Buruh di pemilu 2022, yang mengakhiri kekuasaan koalisi Liberal-Nasional selama hampir satu dekade.
Secara tradisional, China-Australia lebih condong ke konservatif. Namun di beberapa daerah dengan populasi China-Australia terbesar, Partai Liberal mengalami perubahan suara 3 kali lebih besar dibandingkan daerah pemilih lainnya.
Suasana pemilu di Australia. Foto: AFP
Sejumlah analis mengatakan komunitas China-Australia berpaling dari koalisi Liberal-Nasional karena merasa pemerintah tidak menangani serangan rasis dengan baik selama pandemi COVID-19. Yang lainnya berpaling karena retorika anti-China perdana menteri saat itu, Scott Morrison.
Saat ini, dengan peluang mereka untuk menang semakin menyempit, kandidat Liberal meningkatkan pertarungan mereka untuk mendapatkan suara di daerah pemilihan marjinal, yang banyak di antaranya memiliki populasi penduduk China-Australia yang besar.
ADVERTISEMENT
Agar berpeluang menang di wilayah Reid, Grange Chung tahu harus memenangkan daerah pinggiran Burwoord, wilayah yang sering disebut sebagai Pecinan kedua di Sydney. Bahasa Mandarin dan Kanton mendominasi percakapan, papan nama toko dan restoran di sana.
Grange Chung yang merupakan mantan pilot pesawat komersial mulai memposting di WeChat pada Februari lalu dan dalam beberapa bulan terakhir membagikan wawancaranya dengan pemilik bisnis Asia, ucapan selamat Tahun Baru Imlek dan janjinya kepada masyarakat yang satu dari lima pemilihnya adalah etnis China. Bahkan dalam salah satu postingannya, dia mengutip filosofi Sun Tzu.
Namun, dia bukan satu-satunya kandidat Partai Liberal yang menargetkan WeChat. Peneliti University of Melbourne, Fan Yang, menemukan lebih dari 220 iklan Partai Liberal dipasang di WeChat sejak Januari lalu. Sementara Partai Buruh hanya memasang 35 iklan di WeChat.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Komunitas Bisnis Reid, Henry Luo, mengatakan telah mengamati penargetan yang lebih luas terhadap pemilih China Australia dalam kampanye kali ini, termasuk kandidat yang memasak iklan di akun WeChat populer dan berkolaborasi dengan selebriti atau influencer terkenal China.
"Saya rasa WeChat adalah platform yang efektif untuk menjangkau komunitas berbahasa Mandarin. Kami membahas dan memperdebatkan banyak isu politik di WeChat," kata Luo yang pindah ke Australia untuk bekerja pada 2008.
Bahkan, politisi non etnis China juga membangun personanya di WeChat dengan membagikan video mereka yang menikmati makanan dan festival China. Contohnya anggota parlemen dari Partai Liberal, Keith Wolohan, yang membagikan videonya merayakan Festival Perahu Naga bersama anak-anaknya dan menikmati makanan Hunan yang pedas dengan anaknya.
ADVERTISEMENT

Gaet Suara Lewat WeChat Dinilai Tak Efektif

Ilustrasi pemilu di Australia tahun 2019. Foto: AFP/Peter Parks
Meski demikian, pengajar Studi China di University of Melbourne, Qiuping Pan, mengatakan konten-konten tersebut di WeChat tidak menjamin menghasilkan suara.
"Pemilih China-Australia lebih matang secara politik," katanya. Ia menyebut banyak yang mungkin mempertimbangkan memilih kandidat independen yang diyakini dapat lebih mengadvokasi masyarakat lokal karena mereka tidak mengikuti garis partai.
"Berdasarkan pemilu sebelumnya, mereka tahu suara mereka penting dan memiliki dampak. Ketika mereka digambarkan secara negatif, mereka tahu mereka dapat melawan baik," kata Qiuping.
Namun, beberapa merasa frustrasi karena komunitas China-Australia ini hanya dilihat untuk menggaet suara.
"Ketika warga China-Australia mau terlibat secara politik pada tingkat yang lebih dalam, kami terkadang dianggap sebagai karakter yang mencurigakan," kata penduduk Sydney, Erin Chew.
ADVERTISEMENT
Dia mengungkap bagaimana senator Partai Liberal, Jane Hume, baru-baru ini menuduh relawan Asia untuk anggota parlemen independen Monique Ryan sebagai mata-mata China.
"Narasi seperti ini dinormalisasi oleh politisi dan media. Karena itu lingkungan politik Australia sangat bermasalah," katanya.

Dampaknya Bagi Hubungan Diplomatik China dan Australia

Suasana pemilu di Australia. Foto: Reuters
Di daerah pemilihan Bennelong, New South Wales, tempat hampir satu dari 3 orang memiliki keturunan China, kandidat Partai Liberal Scott Yung menampilkan kiriman WeChat-nya dengan teks terjemahan Mandarin dan audio.
Langkah ini membantunya menjangkau lebih banyak pemilih yang kemampuan bahasa Inggrisnya rendah -- sekitar 25% hingga 26% -- di antara warga Australia yang sebagian besar berbahasa Mandarin atau Kanton di rumah.
Pada 2022, Partai Buruh merebut kursi basis Partai Liberal untuk kedua kalinya dalam lebih dari 70 tahun. Sekarang, partai itu menguasai Bennelong dengan selisih yang sangat tipis.
ADVERTISEMENT
Klip terbaru memperlihatkan Yung menekankan apa yang disebutnya hubungan yang sangat, sangat penting antara China dan Australia.
"Ini penting bagi Australia, ini penting bagi bisnis Australia," kata Yung.
Peneliti di lembaga Per Capita, Osmund Chiu, mengatakan cara Australia mengelola hubungannya dengan China berdampak pada kehidupan sehari-hari warga China-Australia.
"Kekhawatiran [komunitas] akan mencakup meningkatnya rasisme, dampaknya terhadap mereka yang berbisnis dengan China, dan apa artinya bagi orang-orang yang memiliki keluarga di Tiongkok," kata Chiu.
Bagi sebagian pemilih, kampanye gencar Partai Liberal di media sosial tidak sejalan dengan retorika anti-imigrannya.
"[Pemimpin koalisi] Peter Dutton telah berbicara tentang pemangkasan migrasi dan jumlah mahasiswa internasional. Kami merasa cukup cemas tentang hal itu," kata Alex Wang yang bekerja di sebuah restoran di Reid.
ADVERTISEMENT