Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kandidat Pro-Beijing Menangi Pemilu di Hong Kong dengan Jumlah Pemilih Terendah
20 Desember 2021 19:37 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, hampir seluruh kursi legislatif disikat oleh para pendukung Pemerintahan China. Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, menyambut baik kemenangan dari para kandidat pro-Beijing ini.
“Hong Kong kini kembali ke jalan yang benar dari Satu Negara, Dua Sistem,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (20/12), dikutip dari AFP.
“Kita tidak bisa menyalin-dan-menempel sistem demokratis atau aturan dari negara-negara Barat,” tambahnya.
Kantor China di Hong Kong mendeskripsikan pemilu ini sebagai “praktik demokrasi yang sukses dengan karakteristik khas Hong Kong.”
Tetapi, jumlah pemilih yang berpartisipasi pada pemilu ini sangat rendah, bahkan terendah sejak Hong Kong kembali dari genggaman Inggris ke China, yaitu 30,2%.
Lam tidak memberikan penjelasan lebih lanjut soal mengapa hanya sedikit pemilih yang datang menggunakan hak suaranya. Dengan 30,2%, berarti hanya 1,3 juta dari 4,5 juta pemilih terdaftar yang berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
“Alasannya apa, saya tidak bisa menganalisis. Anda bisa meminta opini pemimpin lainnya,” ujar Lam.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan rendahnya jumlah pemilih tahun ini disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan “unsur-unsur anti-China yang bertekad menghancurkan Hong Kong.”
Seperti diketahui, Dewan legislatif Hong Kong memiliki total 90 kursi. 40 di antaranya dipilih langsung oleh komite khusus, 30 diisi oleh ahli dan aktor bisnis seperti ahli keuangan dan teknik (dikenal sebagai konstituensi fungsional), sedangkan kursi yang dipilih langsung oleh rakyat sebanyak 20.
Komite khusus yang memilih 40 kursi, terdiri dari 1.500 anggota yang merupakan loyalis Beijing. Komite inilah yang juga akan menunjuk pemimpin Hong Kong selanjutnya.
Dalam pemilu ini, kandidat yang bisa berpartisipasi hanya mereka yang lolos dan diverifikasi sebagai “patriot” oleh pemerintah China. Hal ini dianggap tidak demokratis oleh sejumlah pemerintah negara asing, aktivis HAM, partai pro-demokrasi Hong Kong yang tidak berpartisipasi dalam pemilu.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari kandidat yang “moderat” termasuk eks anggota dewan pro-demokrasi Frederick Fung, gagal mendapatkan kursi di legislatif. Dia kalah dari lawan-lawan Pro-Beijing.
Bahkan, 11 dari 153 kandidat lolos verifikasi, yang dideskripsikan oleh media lokal sebagai “penganut tengah” atau “sentris”, tidak berhasil mendapatkan cukup suara.
Rekor terendah dari jumlah pemilih di Hong Kong tercatat pada tahun 2000, usai Hong Kong kembali berada di bawah China. Saat itu, hanya 43,6% yang menggunakan hak suaranya.