Kandidat Pro-Beijing Menangi Pemilu di Hong Kong dengan Jumlah Pemilih Terendah

20 Desember 2021 19:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita memegang kartu suara di tempat pemungutan suara di Kowloon Tong, Hong Kong.  Foto: REUTERS / Athit Perawongmetha
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita memegang kartu suara di tempat pemungutan suara di Kowloon Tong, Hong Kong. Foto: REUTERS / Athit Perawongmetha
ADVERTISEMENT
Pemilu Dewan Legislatif Daerah Administrasi Khusus Hong Kong yang berlangsung pada Minggu (19/12) dimenangi oleh para kandidat pro-Beijing. Meski begitu, jumlah pemilih di tahun ini mencetak rekor terendah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, hampir seluruh kursi legislatif disikat oleh para pendukung Pemerintahan China. Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, menyambut baik kemenangan dari para kandidat pro-Beijing ini.
“Hong Kong kini kembali ke jalan yang benar dari Satu Negara, Dua Sistem,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (20/12), dikutip dari AFP.
“Kita tidak bisa menyalin-dan-menempel sistem demokratis atau aturan dari negara-negara Barat,” tambahnya.
Kantor China di Hong Kong mendeskripsikan pemilu ini sebagai “praktik demokrasi yang sukses dengan karakteristik khas Hong Kong.”
Suasana antrean warga yang ingin melakukan voting saat pemilu di Hong Kong. Foto: AP Photo
Tetapi, jumlah pemilih yang berpartisipasi pada pemilu ini sangat rendah, bahkan terendah sejak Hong Kong kembali dari genggaman Inggris ke China, yaitu 30,2%.
Lam tidak memberikan penjelasan lebih lanjut soal mengapa hanya sedikit pemilih yang datang menggunakan hak suaranya. Dengan 30,2%, berarti hanya 1,3 juta dari 4,5 juta pemilih terdaftar yang berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
“Alasannya apa, saya tidak bisa menganalisis. Anda bisa meminta opini pemimpin lainnya,” ujar Lam.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan rendahnya jumlah pemilih tahun ini disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan “unsur-unsur anti-China yang bertekad menghancurkan Hong Kong.”
Seperti diketahui, Dewan legislatif Hong Kong memiliki total 90 kursi. 40 di antaranya dipilih langsung oleh komite khusus, 30 diisi oleh ahli dan aktor bisnis seperti ahli keuangan dan teknik (dikenal sebagai konstituensi fungsional), sedangkan kursi yang dipilih langsung oleh rakyat sebanyak 20.
Komite khusus yang memilih 40 kursi, terdiri dari 1.500 anggota yang merupakan loyalis Beijing. Komite inilah yang juga akan menunjuk pemimpin Hong Kong selanjutnya.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Dalam pemilu ini, kandidat yang bisa berpartisipasi hanya mereka yang lolos dan diverifikasi sebagai “patriot” oleh pemerintah China. Hal ini dianggap tidak demokratis oleh sejumlah pemerintah negara asing, aktivis HAM, partai pro-demokrasi Hong Kong yang tidak berpartisipasi dalam pemilu.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari kandidat yang “moderat” termasuk eks anggota dewan pro-demokrasi Frederick Fung, gagal mendapatkan kursi di legislatif. Dia kalah dari lawan-lawan Pro-Beijing.
Bahkan, 11 dari 153 kandidat lolos verifikasi, yang dideskripsikan oleh media lokal sebagai “penganut tengah” atau “sentris”, tidak berhasil mendapatkan cukup suara.
Rekor terendah dari jumlah pemilih di Hong Kong tercatat pada tahun 2000, usai Hong Kong kembali berada di bawah China. Saat itu, hanya 43,6% yang menggunakan hak suaranya.