Kapal Berisi Imigran Tenggelam di Perbatasan Bosnia-Serbia, 12 Orang Tewas

25 Agustus 2024 3:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal imigran. Foto: Angelos Tzortzinis/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal imigran. Foto: Angelos Tzortzinis/AFP
ADVERTISEMENT
Kapal imigran tenggelam di perbatasan Bosnia-Serbia pada Kamis (22/8). Hingga Sabtu (24/8) mayat imigran terus ditemukan oleh warga. Sejauh ini, total 12 orang dinyatakan tewas.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, kapal tersebut membawa 28 hingga 30 imigran yang mencoba menyeberang dari Serbia ke Bosnia.
Pihak berwenang menghentikan pencarian dan mengatakan semua jenazah yang dilaporkan hilang telah ditemukan.
"Jenazah migran kedua belas, yang meninggal ketika kapal terbalik di Sungai Drina, ditemukan hari ini di kota Tegare dekat Bratunac," demikian keterangan kepala layanan perlindungan sipil Bosnia Boris Trninic mengkonfirmasi kepada kantor berita SRNA.
"Jenazah tersebut ditemukan oleh penduduk setempat. Dan sekarang kami menunggu keputusan apakah akan diserahkan ke kementerian dalam negeri Republik Srpska atau Serbia untuk penyelidikan lebih lanjut," tambahnya, merujuk pada salah satu dari dua entitas yang membentuk Bosnia dan Herzegovina.
Operasi gabungan yang dimulai Kamis dini hari dan dipimpin oleh tim penyelamat dari Serbia dan Bosnia menemukan 18 orang yang selamat, termasuk tiga anak-anak, yang berhasil mencapai daratan.
ADVERTISEMENT
Sejak krisis pengungsi tahun 2015, lebih dari satu juta orang dari Asia dan Afrika telah melewati Serbia, menurut pemerintah Serbia.
Sebagian besar dari mereka yang mencoba menyeberang dalam beberapa bulan terakhir berasal dari Suriah, Afghanistan, Turki, Maroko, dan Pakistan, berdasarkan data pemerintah.
Jumlah migran yang transit melalui Serbia telah menurun secara signifikan selama bertahun-tahun, dengan 10.389 entri ilegal tercatat pada paruh pertama tahun 2024, hampir 70 persen lebih sedikit dari tahun lalu.
Pejabat Serbia menganggap penurunan ini berkat kerja sama yang lebih erat dengan polisi Austria dan badan manajemen perbatasan Uni Eropa, Frontex.