Kapal Selam AS Bergerak ke Timur Tengah, Respons Ancaman Balas Dendam Iran

12 Agustus 2024 10:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal selam Amerika Serikat. Foto: D-VISIONS/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal selam Amerika Serikat. Foto: D-VISIONS/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Llyod Austin, pada Minggu (11/8) memerintahkan kapal selam rudal jelajah negaranya untuk bergerak ke Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Pengumuman itu disampaikan oleh Pentagon, selang dua pekan usai kematian pemimpin Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran. Terbunuhnya Haniyeh memicu Iran dan Hamas untuk menuntut balas ke Israel.
Hamas dan Iran percaya Israel dalang terbunuhnya Haniyeh. Akan tetapi, sampai sekarang Israel belum mengaku bertanggung jawab.
Kapal selam Virginia Angkatan Laut AS menjalani uji coba laut Bravo pada 26 November 2009. Foto: US NAVY / AFP
Sementara itu, pengumuman secara terbuka pengerahan armada kapal selam jarang dilakukan AS. Sebelumnya, tepatnya pada Juli lalu AS mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir, USS Georgia, ke Laut Mediterania yang berada di sekitar kawasan Timur Tengah.
Lewat pernyataan resminya, Pentagon mengumumkan Austin sudah berbicara dengan koleganya dari Israel perihal potensi serangan usai terbunuhnya Haniyeh. Dia memastikan, AS akan mempercepat pengerahan kekuatan militer ke kawasan Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
"Menteri Austin menekankan komitmen untuk mengambil langkah demi mempertahankan Israel dan mencatat penguatan postur kekuatan dan kemampuan militer AS di kawasan Timur Tengah mengingat adanya eskalasi tensi," kata Pentagon seperti dikutip dari Reuters.
Beberapa waktu lalu AS menyatakan, kesiapan mengirimkan pesawat tempur dan kapal perang ke Timur Tengah. Pengiriman itu ditujukan sebagai bentuk penguatan kerja sama dengan Israel.
Eskalasi ketegangan di Timur Tengah usai kematian Haniyeh mulai nampak pada pekan lalu. Tepatnya Jumat (9/8) sejumlah anggota militer AS dan koalisinya terluka akibat serangan drone di Suriah.