Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kapolri Tingkatkan Kekuatan Siber Hadapi Teroris Lone Wolf
10 Juli 2017 12:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Kasus meledaknya bom panci di Buah Batu, Bandung, Jawa Barat, dengan pelaku Agus Wiguna (22 tahun), menambah daftar aksi teroris yang bergerak sendiri atau dikenal lone wolf.
ADVERTISEMENT
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan pihaknya akan memperkuat kemampuan siber untuk menghadapi aksi-aksi teror lone wolf yang kebanyakan terinspirasi dari media sosial atau pengetahuan di internet.
"Teror ada dua, yang pertama yang masuk dalam jaringan, atau yang saya sebut istilah memiliki struktur seperti JAD (Jamaah Anshar Daulah), JI (Jamaah Islamiyah). Kalau yang tidak terstruktur itu disebut lone wolf. Mereka belajar dari internet, termasuk Kebayoran Lama. Itu ada lone wolf," ucap Jenderal Tito usai HUT Bhayangkara di Monas, Jakarta, Senin (10/7).
Kasus di Kebayoran Lama adalah pelaku memasang bendera ISIS di depan Polsek Kebayoran Lama. Begitu juga menurut Tito, kasus penusukan terhadap dua anggota Brimob di Blok M yang melakukan secara lone wolf.
ADVERTISEMENT
"Menghadapi lone wolf ini yang kita perkuat adalah kemampuan siber untuk mendeteksi website radikal, chating-chating radikal, komunikasi radikal, sekaligus kegiatan kontra radikalisasi untuk melindungi masyarakat agar terkena paham radikal," papar Tito.
"Ini dengan leading dari BNPT, tapi kalau untuk siber ini perlu koordinasi di tingkat polhukam. Saya sudah sampaikan perlu dibentuk kekuatan siber yang ada di kominfo. Polri, TNI itu semua harus terintegrasikan untuk melawan kelomok-kelompok yang menyebarkan paham radikal di internet," imbuhnya.
Istilah lone wolf juga merujuk bahwa pelaku tidak terkait dengan jaringa manapun. Tito menyebutnya juga dengan leaderless jihad atau tanpa pemimpin.
"Mereka hanya membaca internet, terinsipirasi contoh misalnya kasus bom panci, mohon maaf dari interview yang bersangkutan informasi mudah-mudahan enggak salah, kalau salah saya mohon dikoreksi, itu mantan pengguna narkoba dulunya," tutur Tito.
Kasus lain teror lone wolf adalah penyerangan yang berhasil digagalkan di Polsek Nagreg. Pelaku membawa parang dan diketahui tubuhnya penuh tato. "Dulu minum-minuman keras, preman. Katanya dalam rangka menebus dosanya, jihad, siap mati. Kira-kira begitu," lanjut Tito.
ADVERTISEMENT
"Ada yang seperti itu menebus dosa. Ada juga yang dalam rangka mendukung khilafah versi mereka sendiri. Macam-macam," imbuh mantan Kepala BNPT itu.